Suatu ketika seorang ibu memintanya menjadi guru les di sebuah rumah cukup mewah. Ibu tersebut di kemudian hari diketahuinya sebagai pembantu di situ. Yang dilesi dua bocah laki-laki sang juragan.
Di mana sang orang tua? Sungguh memilukan. Mama dan papa kedua bocah tersebut sibuk sendiri-sendiri. Bukan sibuk kerja, melainkan sibuk menjalani hidup dengan cara yang rusak. Sudahlah tak perlu dijelaskan detil di sini definisi rusaknya.
Yang jelas, anak-anak sampai terabaikan. Untunglah si ibu pembantu bekerja dengan hati. Ia bertahan kerja demi anak-anak sang juragan. Hingga suatu ketika sang mama meninggal dunia. Berhubung papa mereka malah makin tak peduli, pembantu telaten itu memutuskan membawa anak-anak sang juragan pulang ke desanya.
Tahun berjalan dan suatu ketika, sekitar tiga tahun silam, kawan saya disapa seorang tentara muda. Usut punya usut, tentara muda itu dahulu murid lesnya yang dibawa ke desa sang pembantu. Betapa bahagia kawan saya itu. Makin bahagia saat diberitahu oleh si tentara muda bahwa kakaknya sudah pula menjadi ASN. Happy ending.
Namun, masa depan 'kan tak bisa kita terawang. Belum pasti ....
***
Mari dengan cara dan kemampuan akses masing-masing, kita berikan perlindungan optimal kepada para tunas bangsa. Semaksimal mungkin kita jaga kebahagiaan dan kesehatan mereka, baik kesehatan fisik maupun kesehatan psikis/mental. Jangan biarkan mereka menjadi anak-anak malang.
Salam.