Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Administrasi - Kerja di dunia penerbitan dan dunia lain yang terkait dengan aktivitas tulis-menulis

Founder #purapurajogging

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tip dan Trik Menghadapi (Calon) Kang Ghosting

28 Februari 2021   11:14 Diperbarui: 28 Februari 2021   11:22 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Viral. Sumber ilustrasi: PIXABAY/ktphotography

Wah! Mengakhiri Februari yang konon berlimpah nuansa merah jambu ini, rupanya saya tergelitik untuk ikut menulis tentang dunia per-ghosting-an. Apa boleh buat? Sebagai warganet aktif, mau tak mau saya lumayan akrab dengan aneka istilah kekinian yang viral di dunia maya. Salah satunya ya ghosting ini. Yup! Ghosting yang secara spesifik di sini dimaknai sebagai 'tiba-tiba menghilang ketika sedang pedekate alias pendekatan'. Adapun konteksnya adalah pendekatan dalam dunia cinta-cintaan.

Saya kerap tertawa-tawa geli jika membaca curhatan para korban ghosting. Bukannya tak punya empati lho, ya. Saya tertawa-tawa itu justru sebab merasa senasib. Dahulu semasa masih muda belia, beberapa kali saya menjadi korban Kang Ghosting (sebutan untuk pelaku ghosting). Bahkan (berhubung dahulu belum ada medsos), Kang Ghosting yang saya hadapi benar-benar kerap bertatap mata secara nyata. Nah, lho. Rasanya jauh lebih pedih 'kan ketika tiba-tiba ngilang?

Akan tetapi, rupanya semesta seperti memberi saya teguran. Seperti mendapatkan karma, beberapa waktu lalu kok ya bisa-bisanya saya menjadi korban ghosting. Semula saya tak menyadari bahwa saya telah menjadi korban. Ketika kemudian ngeh, saya pun bergumam, "Etdaaah! Begini rasanya jadi korban Kang Ghosting era 4.0."

Bagaimana rasanya? Apakah berbeda dengan dahulu? Pastinya secara objektif, rasanya sama. Sama-sama kesal. Hanya saja, saya 'kan sudah terlatih patah hati. Jadi, tempo hari kekesalan saya hanya setara dengan kekesalan akibat bikin nasi goreng komplet namun lupa ngasih garam. Beneran.

Apa penyebabnya? Selain telah terlatih patah hati, saya memang selalu melakukan upaya preventif. Kecewa itu tidak enak 'kan? Maka saya sebisa mungkin selalu menjauhi hal-hal yang berpotensi mengecewakan hati. Termasuk meminimalkan bahaya dari dunia per-ghosting-an. Iya. Saya punya tip dan trik khusus untuk itu. Berikut penjelasannya.

Berusaha Tidak Baperan

Dalam bermedsos, semaksimal mungkin kita mesti mengedepankan logika. Jika ada seseorang intensif memberikan respons atas apa pun postingan kita, jangan buru-buru ke-GR-an. Bahkan ketika ia rutin berkirim pesan via DM, yang kemudian dilanjut ke WA. Tahan. Jangan terbuai. Tetap waspada. Perhatiannya tulus atau modus? Atau, sekadar iseng?

Adakalanya kita memang tersanjung oleh perhatian manisnya. Namun, tetap tarik lagi kesadaran dan logika. Dia siapa kok kita ngarepin banget perhatiannya? Terlebih kalau kita belum mengenalnya di dunia nyata. Ingat. Sosok seperti ini bagaimanapun berpotensi menjadi Kang Ghosting. Nah, kalau kelak dia beneran melakukan ghosting, kita 'kan enggak terlalu kecewa kalau sejak awal telah berusaha untuk tidak baperan.

Tetap Bersikap Sopan dan Elegan

Penting sekali untuk selalu bersikap sopan kepada siapa saja. Termasuk kepada (calon) Kang Ghosting. Senorak apa pun sikap dan perkataannya, tahan diri untuk tidak mengumpatnya. Selain hal itu akan menyinggung perasaannya, berbahaya juga sebab dapat menjadi bumerang bagi kita.

Jangan lupa. (Calon) Kang Ghosting itu 'kan pada dasarnya kurang adab nih, ya (duuuh, maaf) .... Jadi, umpatan kita bisa saja dibawanya ke ranah publik ketika harga dirinya tersinggung gara-gara umpatan tersebut. Gimana dong kalau kita yang sebenarnya korban, di hadapan warganet yang maha benar malah Kang Ghosting itu yang dibanjiri komentar simpati bin empati?

Tidak Nyinyirin Kang Ghosting

Ketika calon Kang Ghosting telah memperlihatkan jati dirinya sebagai The Real Kang Gosting, tahan diri untuk tidak posting status khusus untuk nyinyirin dia. Hati-hati. Dia menghilang dari kita bukan berarti tidak memantau sepak terjang kita, lho. Kalau kita bersikap tak elegan, dia malah merasa lega dong telah meng-ghosting kita. Lain halnya jika kita tetap bersikap baik-baik saja dan keren. Dia pasti merasa bersalah dan menyesal sebab telah menjadi Kang Ghosting bagi kita.

Tak UsahDipikirin

Selain menahan diri untuk tidak nyinyirin Kang Ghosting, kita juga mesti benar-benar melupakannya. Tak usah berusaha mencari informasi tentangnya lagi. Apalagi berusaha mencari jawaban mengapa kita dijadikannya sebagai korban ghosting. Sudahlah. Buat apa repot memikirkan hal-hal tersebut? Ingat. Toh dia bukan siapa-siapa bagi kita. Bukan pacar. Disebut gebetan pun masih meragukan. Iya toh?

Demikian tip dan trik dari saya. Semoga berfaedah.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun