Mohon tunggu...
AGRA JAYA
AGRA JAYA Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Suka Kanan daripada Kiri

Penyuka masalah tanah, tani, dan hutan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

IQ Tinggi itu Hebat? IQ Biasa juga bisa Hebat!

14 Oktober 2018   11:49 Diperbarui: 24 Oktober 2018   08:48 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dijagad Instagram, facebook, dan juga di twiter ada rame-rame siaran Nilai IQ seseorang sebagai indikasi kepandaian, dikatakannya IQ sebagai indikasi kesuksesan seseorang, disebutkannya IQ sebagai indikasi keberhasilan pekerjaan, diklaim IQ sebagai indikasi-indikasi yang diukur dari niatan si penyiar dan si penyebar.

Bisa jadi banyak orang terkecoh soal nilai IQ yang disebar si penyiar, namun bagi yang berijazah perguruan tinggi, lebih-lebih bergelar professor doctor mengkaiktan nilai IQ dengan kesuksesan hidup dan kepintaran adalah lawakan. 

Hasil penelitian ilmiah mengkonfirmasikan bahwa kondisi dunia, termasuk Indonesia, bahwa sebagian besar masyarakat dunia (64%) mempunyai nilai IQ antara 85 s/d 115, dan 14% ber-IQ 115-130, dan hanya 2% yang ber-IQ 130 atau di atasnya.

Prosentasi IQ orang-orang tersebut memperlihatkan bahwa orang dengan IQ di rentang 85-115 itu sangat baik, banyak dari mereka yang pintar, banyak dari mereka yang sangat kaya raya, banyak dari mereka yang punya pekerjaan tetap, banyak dari mereka yang punya penghasilan tetap, bahkan banyak dari mereka yang doktor profesor dengan kelulusan summa cum laude, dan mereka sebenarnya bisa sukses jadi apa saja.

Bahkan orang dengan IQ yang 85-115, banyak yang berhasil profesinya sebagai manager, direksi perusahaan, CEO Multinational Corporation, dan banyak yang berhasil menjadi lurah, camat, walikota, bupati, gubernur, menteri, bahkan presiden. Tanpa menutup kenyataan ada yang nasibnya biasa-biasa saja, di level menengah dan menengah bawah.

Sebaliknya orang yang mengaku atau bernilai IQ tinggi, tidak sedikit yang berpenampilan nyentrik, sulit dikendalikan, sulit menerima orang, sulit dinasehati, sulit jadi pendengar, sulit hidup seperti orang-orang normal, bahkan banyak yang nganggur, tidak punya penghasilan tetap, banyak juga yang menjadi pelaku suap, pungli, korupsi. Walaupun nilai IQ yang tinggi dan tinggi sekali berpeluang sukses sekolahnya dan pekerjaannya.

Saya pernah berkawan dan sangat sering mendengar ocehan kawan ini yang membanggakan IQ-nya.

Dengan dada membusung, kepala membesar mengklaim bahwa kawan ini termasuk genius, mendemontrasikan kemampuannya dalam menghafal apa yang dilhat dan apa yang didengarnya.

Sebaliknya saya  mengetahui persis kawan ini tidak lulus kuliah di level Strata Satu sekalipun, bahkan keekonomian keluarga hanya ditopang dari belas kasihan kawan-kawannya dan saudara-saudaranya.

Indikasi apa yang hendak dipetik, jikapun benar, bahwa IQ tinggi tetapi kuliah tidak selesai (drop out), penghasilan tidak jelas, lontang-lantung tak berpenghasilan, dipimpin tidak mau, menjadi pemimpin disatuan terkecil sekalipun tidak pernah.

Lalu untuk apa mempertontonkan lembar nilai IQ jika hidupnya useless untuk peradaban manusia, bangsa, dan negara bahkan gagal menafkahi keluarga, anak dan istrinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun