Mohon tunggu...
Siti L Agustin
Siti L Agustin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Madzab Mainstream Dalam Kehidupan Sehari-Hari

20 November 2017   21:04 Diperbarui: 20 November 2017   21:13 1243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

MADZAB MAINSTREAM DALAM KEHIDUPAN  SEHARI-HARI

Madzab mainstream ini justu setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber daya terbatas yang di hadapkan ke pada keinginan manusia yg tidak terbatas. Bahwa keinginan manusia yang selalu tidak terpenuhi karena nafsu manusia yg tidak bisa di kendalikan.

Misalnya bahwa total permintaan dan penawaran beras di seluruh dunia berada pada titik ekulibrium. Jika berbicara pada tempat dan waktu tertentu maka sangat mungkin terjadi kelangkaan sumber daya. Bahkan ini yg sering terjadi suplai beras di Ethiopia dan Bangladesh tentu lebih langka di bandingkan di Thailand. Jadi keterbatasan sumber daya memang ada bahkan di akui pula oleh islam. Dalil yang di pakai adalah al-quran surat al-baqarah ayat 155:

Artinya: " dan sungguh akan kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gerbira bagi orang-orang yg saba"

Sedangkan keinginan manusia yg tidak terbatas di anggap sebagai hal yg alamiah. Dalil yang di pakai adalah al-quran surat at-takatsur ayat 1-5;

Artinya: " bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke liang kubur. Jangan lah begitu, kelak kamuakan mengetahui ( akibat perbuatan itu )."

Dan sabda Nabi Muhammad SAW. bahwa manusia tidak akan pernah puas. Bila diberikan emas satu lembah, ia akan meminta emas dua lembah. Bila diberikan dua lembah, ia akan meminta tiga lembah dan seterusnya sampai ia masuk kubur.

Dengan demikian, pandangan mazhab ini tentang masalah ekonomi hampir tidak ada bedanya dengan pandangan ekonomi konvensional. Kelangkaan sumber dayalah yang menjadi penyebab munculnya masalah ekonomi.

Perbedaan mazhab ini dengan ekonomi konvensional adalah dalam penyelesaian masalah ekonomi tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa masalah kelangkaan ini menyebabkan manusia harus melakukan pilihan. Dalam ekonomi konvensional, pilihan dan penentuan skala prioritas dilakukan berdasarkan selera pribadi masing-masing tidak peduli apakah itu bertentangan dengan norma serta nilai agama ataukah tidak. Dengan kata lain pilihan dilakukan berdasarkan tuntutan nafsu semata (Homo economicus). Sedangkan dalam ekonomi Islam, penentuan pilihan tidak bisa seenaknya saja, sebab semua sendi kehidupan kita telah diatur oleh Al-Qur'an dan Sunnah. Sebagai manusia ekonomi Islam (Homo islamicus) harus selalu patuh pada aturan-aturan syariah yang ada. 

Tokoh-tokoh mazhab ini antara lain adalah Umer Chapra, Metwally, MA Mannan, MN Siddiqi, dan lain-lain. Mayoritas mereka adalah pakar ekonomi yang belajar serta mengajar di universitas-universitas Barat, dan sebagian besar diantara mereka adalah ekonom Islamic Development Bank(IDB). Mazhab ini tidak pernah membuang sekaligus teori-teori ekonomi konvensional ke keranjang sampah. Salah seorang tokoh mazhab ini Umer Chapra mengatakan bahwa usaha pengembangan ekonomi Islam bukan berarti memusnahkan semua hasil analisis yang baik dan sangat berharga yang telah dicapai oleh para ekonom konvensional. 

Yang bermanfaat diambil, yang tidak bermanfaat dibuang, sehingga terjadi suatu proses transformasi keilmuan tang diterangi dan dipandu oleh prinsip-prinsip syariah Islam. Keilmuan yang saat ini berkembang di dunia Barat pada dasarnya merupakan pengembangan keilmuan yang dikembangkan oleh para ilmuan muslim pada era dark ages, sehingga bukan tak mungkin ilmu yang berkembang sekarang pun masih ada beberapa yang sarat nilai karena merupakan pengembangan dari pemikiran ilmuan muslim terdahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun