Mohon tunggu...
Agustijanto Indrajaya
Agustijanto Indrajaya Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog

tinggi 160 cm

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Temuan Mainan Anak dalam Dunia Arkeologi

2 September 2018   00:15 Diperbarui: 2 September 2018   00:39 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Relief Anak  dan Dewa Panchika di Candi Mendut (dok. pribadi)

Arkeologi sebagai ilmu yang merekonstruksi seluruh manusia pada masa lalu sudah tentu tidak hanya berbicara tentang peristiwa/ tokoh penting yang tertoreh dalam sejarah.  Namun arkeologi juga harusnya mampu berbicara tentang kehidupan masyarakat biasa pada masa lalu.  Kajian ini lebih sering dikenal sebagai arkeologi sosial yang mempelajari kehidupan masa lalu melalui tinggalan artefaknya.

Ketika penelitian dilaksanakan, seluruh temuan yang diperoleh melalui ekskavasi haruslah dijadikan "evidence" yang kemudian dijadikan pijakan dalam memberikan sebuah eksplanasi tentang apa, siapa, kapan, dan bagaimana.  Dalam konteks merekonstruksi inilah, belum banyak arkeologi yang berbicara tentang "dunia" anak pada masa lalu.

Padahal ini juga sesuatu yang menarik untuk dikaji.  Sebut saja bagaimana soal temuan pada kubur masa protosejarah di situs Batujaya dimana di antara 30an kubur dari masyarakat pendukung tembikar Buni, ditemukan satu kerangka anak berusia balita yang pada bagian matanya diberi penutup mata emas dan anting-anting kecil di telinga kanannya?  Mengapa hanya anak kecil saja yang diberi penutup mata emas?

Tulisan ini hanya ingin menggali soal mainan anak pada masa lalu yang ditemukan dan menjadi bukti arkeologis penting bagaimana sebenarnya anak Nusantara dari dahulu sudah terasah  kreatifitasnya melalui mainan. Kegiatan bermain adalah naluri yang melekat pada setiap anak semenjak bayi. 

Pada saat bayi sudah memainkan tangan dan jemari kaki, dan benda-benda yang ada di sekitarnya. Bermain akan membuat anak mengalami tumbuh kembang yang optimal. Dengan permainan mereka belajar hidup bersosialisasi, dan membantu anak dalam mengatasi problem yang ditemuinya. 

Bahkan permainan dapat membantu anak mengalami perkembangan kognitif  (kemampuan berfikir), keberanian, serta psikososial.  Semakin tinggi usianya maka jenis/ keterampilan permainan dapat semakin rumit.

Di dalam penelitian arkeologi di Situs Air Sugihan, sebuah situs di pantai timur Sumatra yang telah dipertanggalan sekitar abad awal masehi sampai periode Sriwijaya   Di antara berbagai temuan yang menandakan sisa permukiman kuna, di situs ini juga terselip sejumlah temuan mainan anak.  Di antaranya yang dapat diidentifikasi kembali adalah temuan gasing, baik yang sudah jadi ataupun yang setengah jadi.

Gasing adalah mainan anak yang terbuat dari kayu, bentuknya bulat pada bagian tengah dan meruncing pada salah satu ujungnya.  Cara memainkannya adalah dengan melilitkan tali pada bagian tengah gasing lalu melemparkannya sehingga terlepas dari tali dan gasing akan berputar. Begitu seterusnya.  Ukuran panjang gasing ini bervariasi.

Permainan gasing memang populer di Nusantara sehingga memiliki nama yang bermacam-macam, namun temuan gasing dalam konteks arkeologi paling tua tampaknya baru ditemukan di situs Air Sugihan. Temuan permainan anak lainnya adalah gawai panah sepanjang 10 cm yang terbuat dari kayu juga ditemukan.

Gawai panah ini memang berukuran kecil, dan sebagai mainan ianya biasa digunakan untuk menembak capung atau serangga kecil lainnya.  Kedua permainan ini biasa dimainkan oleh anak laki-laki.

Bakal Gangsing (dok. pribadi)
Bakal Gangsing (dok. pribadi)
Gangsing dari Situs Air Sugihan,Sumatra Selatan (dok. pribadi)
Gangsing dari Situs Air Sugihan,Sumatra Selatan (dok. pribadi)
Lalu bagaimana dengan permainan yang biasa dimainkan oleh anak perempuan? Di antara ribuan fragmen tembikar yang telah dikumpulkan juga ditemukan wadah-wadah terakota berukuran kecil seperti cawan atau periuk berukuran mini (tinggi 4-5 cm) yang tampaknya lebih berfungsi sebagai mainan anak daripada alat keperluan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun