Mohon tunggu...
Gusti Awan
Gusti Awan Mohon Tunggu... -

Aku harap aku juga bisa mengenalmu dan menjadi temanmu.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Petarung Sejati, Mati ketika Lari?

20 Februari 2014   01:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:39 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kalian mempunyai perasaan yg dalam, namun; ingin menghapuskannya, melupakan orang itu, atau sejenisnya, maka JANGAN mengambil cara ini:

1. Use somebody as a replacement.


Memang itu hak kalian. Tetapi seringkali kalian tidak menyadari bahwa otak dan hati tidak selalu bisa dipaksakan; otak/pikiran bisa didoktrin perlahan, apakah hati/perasaan juga demikian? Sayangnya ada Yang Maha Membolak-balikkan Hati, dan Dia-lah yg lebih bisa menguasai hati seluruh makhlukNya. Seganteng/secantik apapun, sekaya bagaimanapun, sepintar apapun, seperfect seperti apa juga, ‘replacement’ yg kalian ‘gunakan’ belum tentu bisa memaksakan kehendak hati kalian. Ingatlah selalu, mungkin pandangan pertama bisa membuat jatuh hati, tetapi hati kalian sendiri akan menafsirkan sebenar-benarnya, apakah memang benar, sungguhan itu jatuh cinta?


2. Jangan melupakannya.


Lah kok gitu? Iya memang begitu. Apa kata penulis bijak itu; semakin kau mengenyahkannya, melupakannya, justru bayang-bayangnya selalu teringat. Seberusaha apa pun kalian melupakannya, malah semakin ingat saja.

Lantas bagaimana caranya supaya kalian bisa mengenyahkan perasaan itu? Dengan mengingatnya, ya, mengingatnya! Kalian bisa tetap mengingatnya, bersyukur atas hadirnya perasaan itu. Bukankah itu karunia Tuhan? Maka, berdamailah dengan perasaan itu. Sadar bahwa kalian memang menyayanginya, cinta kepadanya. Sadar bahwa segumpal perasaan itu, tetap segumpal perasaan yg berharga. Perasaan adalah perasaan, tidak lebih tidak kurang. Syukuri karunia itu telah hadir dalam hati kalian. Tidak mengapa dia tidak merasakan yg sama, tidak apa-apa. Entah dia tahu atau tidak, toh, gumpal tersebut tetap menjadi perasaan. Tidak mengapa tidak sekarang, mungkin di lain waktu Tuhan justru menjadikan diri kalian sebagai ‘tempat dia berpulang’. Menjadikan kalian sebagai ‘tempat berlabuh yg terakhir dan selamanya’. Kalau pun juga tidak demikian, hei, di luar sana telah Tuhan siapkan yang lebih baik. Siapa pula yg enggan diberikan Tuhan yang terbaik, itu sudah pasti sangat baik bagi kalian.

Beliau berkata, “Simpan erat-erat dalam hati, atau lupakan. Selalu ada jalan terbaik bagi orang-orang baik.”

Jadi, jangan lari dari perasaan, tetapi nyatanya hanya ‘lari di tempat’. Hadapi dengan mantap! Petarung sejati itu tidak mati kalau bukan karena berperang di medan perang.

*kumpulan pepatah

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun