Di penghujung tahun 2020, bukan hanya perusahaan global Airbnb dan Burger King yang membuat langkah pertamanya ke lantai bursa. Air pun untuk pertama kalinya resmi menjadi instrumen yang diperdagangkan di Wall Street.
Perdagangan air tepatnya berlaku secara terbatas di lima pasar air strategis di California. Negara bagian di pantai barat AS tersebut merupakan konsumen air terbesar dan paling produktif di dunia.
Defisit air California
Siklus musim tahunan di California terdiri atas periode panjang musim kering diselingi hujan lebat yang singkat. Karakter sosiografi dan pola persebaran penduduk California membuat masifnya konsumsi air pada sejumlah area jauh melebihi suplai lokal yang tersedia.Â
Untuk mengatasi ketidakseimbangan tersebut, California telah lama mengembangkan sistem jaringan dan fasilitas tampungan air berskala besar. Infrastruktur tersebut memungkinkan pengiriman air antar wilayahnya yang berjauhan.Â
Mayoritas lahan pertanian, industri, dan 2/3 penduduk yang tinggal di California Selatan mengambil air bakunya dari area Delta Sungai Sacramento & San Joaquin yang berjarak + 380 mil ke utara dengan menggunakan pipa dan kanal pembawa air.
Bayangkan. Ibaratnya seperti mengaliri petak sawah di Yogyakarta dengan air yang berasal dari Banyuwangi - sejauh + 600 km di ujung timur Jawa.
Defisit air tidak lantas terselesaikan oleh perangkat tata air yang sudah tersedia. Secara garis besar kompleksnya permasalahan air di California disumbang oleh kuantitas dan kualitas air yang tidak mencukupi, distribusi yang tidak merata, isu politik, serta aturan negara bagian yang rumit tentang hak milik dan penggunaan air.
Neraca air tahunan yang fluktuatif membuat air menjadi komoditas bagi sektor-sektor unggulan di sana. Pemilik kebun anggur dan almond, peternak sapi perah, sampai dengan industri teknologi di Silicon Valley bersedia membayar sejumlah uang untuk memastikan air tersedia dalam jumlah yang cukup pada waktu yang tepat.
Praktik jual-beli air
Praktik pembelian hak guna air sebenarnya telah lama berlangsung. Selama ini transaksi air dilakukan langsung antara dua pihak, yaitu pemilik dan pengguna. Saat kesepakatan tercapai, pengguna membayarkan sejumlah nominal untuk pengiriman air pada waktu yang ditentukan. Skema ini umum disebut dengan kontrak forward.
Hingga pada awal Desember lalu sebuah perusahaan bursa pasar derivatif, Chicago Mercantile Exchange (CME Group), untuk pertama kalinya menawarkan transaksi air melalui kontrak futures.