Mohon tunggu...
Agust DZ
Agust DZ Mohon Tunggu... Lainnya - Sekilas perjalanan

lahir di Jakarta menjelang akhir masa generasi X. Meskipun bukan lulusan dengan predikat cumlaude, namun pada akhirnya dapat kesempatan meniti karir di beberapa perusahaan, hingga pada akhirnya memutuskan untuk merintis kewirausahaan pada tahun 2010 hingga kini. Selain sibuk mengembangkan usaha, kini juga mengisi waktu luang sebagai blogger.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kepatuhan dan disiplin, kunci atasi Covid-19

5 April 2020   21:28 Diperbarui: 8 April 2020   13:24 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan
Kita tidak pungkiri bahwa Tiongkok telah berhasil memenangkan pertempuran mengatasi wabah Covid-19 belum lama ini, hal tersebut karena rakyat Tiongkok terbiasa hidup dalam kepatuhan penuh dan disiplin tinggi pada setiap peraturan.

Sebagai salah satu negara demokrasi di Asia, Korea Selatan juga berhasil menekan jumlah kasus penyebaran wabah Covid-19, padahal mereka adalah salah satu negara yang tidak memberlakukan sistem lockdown, melainkan hanya dengan metode rapid test. Mengapa demikian, jawabannya tidak lain adalah karena rakyat Korsel memiliki tingkat disiplin dan kepedulian yang tinggi untuk mendukung pemerintah dalam menghadapi pandemi. Begitu pula halnya dengan Taiwan yang tercatat sebagai salah satu negara yang rendah tingkat kasus penyebaran Covid-19, padahal secara geografis terletak tidak jauh dari Tiongkok.

Kunci hadapi wabah
Tanggapan pemerintah yang cepat dan agresif, serta didukung dengan kedisiplinan dan kesadaran tinggi seluruh rakyatnya adalah kunci keberhasilan menekan angka penyebaran wabah.
Sebaliknya angka kasus penyebaran wabah akan semakin melonjak tinggi, jika rakyat tidak memiliki kesadaran dan kedisiplinan yang tinggi. Salah satu contoh tersebut adalah kondisi yang kini dihadapi oleh pemerintah dan rakyat Italia.

Gaya dan kehidupan sosial di Italia memang tidak berbeda jauh dengan gaya kehidupan sebagian besar negara di Asia tenggara (salah satunya adalah negara kita) yang suka "ngumpul" dan ber "kongkow ria" sambil menyeruput teh atau kopi, disamping tradisi mudik saat liburan panjang.
Kondisi tersebut yang menjadi penyebab utama bertambah tingginya tingkat penyebaran wabah Covid-19, sehingga tingkat kematian di negara tersebut melonjak dalam waktu singkat.

Belajar dari pengalaman
Pengalaman adalah guru yang baik.
Belajar dari pengalaman buruk negara Italia, kini pemerintah kita telah berupaya keras menghimbau seluruh rakyatnya untuk menangguhkan mudik Lebaran selama masih mewabahnya Covid-19.
Namun tampaknya himbauan tersebut tidak dipedulikan oleh sebagian dari mereka yang tetap nekat mudik, meskipun nanti akan dikelompokan sebagai ODP yang wajib isolasi mandiri selama 2 pekan, yang diyakini tidak akan dipatuhi sepenuhnya (karena tujuan utama pemudik adalah untuk melepas rindu keluarga yang sudah menjadi tradisi setiap tahun), padahal pemerintah sudah meninjau adanya kebijakan khusus pemberian kompensasi, keringan pajak dan sebagainya bagi yang menangguhkan mudik tahun ini.

Apakah kondisi dan contoh pengalaman getir yang terjadi di Italia, masih belum cukup memprihatinkan dan menjadi kekuatiran bagi pemudik?
Apakah tragedi tersebut harus berulang kembali di negeri kita, oleh karena menuruti egoisme?
Contohilah, bagaimana rakyat Tiongkok harus memendam dalam egoisme mereka untuk tidak bersukacita dalam merayakan imlek tahun ini, hanya demi untuk memetik kemenangan.
Mumpung nasi belum menjadi bubur, semoga bagi calon pemudik yang sempat membaca artikel ini dapat memperoleh pencerahan dan dapat mempertimbangkan kembali himbauan dari pemerintah untuk tetap tinggal di rumah, apalagi mudik.

Kunci untuk mengalahkan Covid-19 adalah kepatuhan dan kedisiplinan.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun