Mohon tunggu...
Agustanto Imam Suprayoghie
Agustanto Imam Suprayoghie Mohon Tunggu... Administrasi - Konsultan Komunikasi di Republik Ini

berusaha mendisiplinkan diri, dengan menjadi diri sendiri, bersikap lebih baik, selalu memandang bahwa tidak ada sebuah kelebihan tanpa kekurangan, dan tidak ada kesempurnaan tanpa kesalahan, masa depan adalah tantangan, dan itu harus ditaklukkan.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Lupakan Jarak Berbagi Rasa

31 Desember 2020   21:19 Diperbarui: 31 Desember 2020   21:25 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sederhananya Bahagia

Kampung?  kumuh, jorok, tak rapi dan kuno -itu pasti. Makna kampung cenderung menyempit. kampung identic dengan tempat yang tidak up to date. tidak canggih, ndeso, terbelakang dan jauh dari peradaban.

Kampung istriku, ndak jauh-jauh amat dari sekarang kami tinggal. Google maps memberi rentang waktu 20 jam nonstop berkendara mobil -dari rumah tinggal ke jalan Hibrida, kota Bengkulu. Dengan pesawat, lebih cepat. 3 jam naik Bus Damri ke Bandara, 2 jam menunggu panggilan boarding, 1 jam dari Bandara Soekarno-Hatta ke Bandara Fatmawati, 30 menit menunggu barang keluar di tempat pengambilan bagasi, plus 15 menit berkendara.

Pulang ke kampung itu candu. Selain menemui orangtua dan sanak keluarga, pulang ke kampung itu kemewahan tiada tara. Istriku bilang, pulang ke kampung itu seperti berkendara dengan mesin waktu. Dimana lintasan peristiwa silam, muncul menyeruak kala pijakan mata melewati ruang penuh kisah, tempat penuh canda dan cerita.  Juga memberi kesempatan hati kembali dipenuhi ingatan nestapa.

Pandemi, merubah banyak hal. Termasuk agenda pulang ke kampung saat lebaran tiba. Tegur sapa, canda kawan masa SMA, peluk cium tante, om, pakde bulik tahun ini otomatis tak bisa kami rasakan. Terutamanya istriku. Okelah, hal-hal bertajuk silahturahmi bisa terganti dengan obrolan via daring, tetapi kelangenan dengan makanan kampung? Beuh!...ndak bisa tergantikan.

Liur yang sudah berlinang menetes membayangkan sensasi beragam masakan ndeso di kampung, terpaksa kutelan lagi. Lidah yang sudah bergoyang menunggu rempah dan aroma penganan khas Bengkulu menyambangi, melunglai, lesu karena kebahagiaannya terganggu. Sayur rebung penggugah selera, tunjang dengan daun pakis yang pedas, belum lagi asam pade dan kepala ikan yang terhidang segar dari panggangan kelapa..hmm..jauh panggang dari api.

Memori saya dan istri pergi ke masa, saat Ibu Mertua masih ada. Ingat betul kami, pagi bangun, sepanci gulai kepiting dengan bumbu merah yang pedas tersaji. Esok kami bangun, kejutan lain dari dapur menanti. kerang sungai yang dimasak sederhana dengan santan dan daun singkong. Mantap jiwa.

Beda kami dengan anak-anak. Sulung suka sekali dengan ayam opor buatan kakeknya. The best pokoknya. Belum lagi masakan udang sungai kakek yang meninggalkan rasa manis dan segar hingga kecap terakhirnya. Si tengah, agak pilih-pilih. Tapi kalau sudah ketemu dengan kerang sungai, habis dia semangkuk besar plus nasi hampir dua porsi. Nah, kalau si bungsu lain pula ceritanya. Semua masakan Mama dan Papa lahap disantap tak bersisa.

Iya, lebaran kali ini memang berbeda. Seusai sholat di lapangan dekat rumah, kami berlima tinggal, diam di depan TV. Tidak ada keriuhan menanti sanak hendak datang ke rumah Papa. Tidak ada pempek dan kerupuk ikan buatan papa yang biasa terhidang semenjak subuh di ruang makan. Kami akhirnya menghabiskan waktu dengan menyantap semur daging masakan istri dengan sayur santan kacang, plus potongan ketupat yang dipesan lewat layanan ojek daring.

Sebentar telepon berdering. Dari Pasuruan. Adik-adikku berkumpul pulang ke rumah ibu. Saling bermaafan kami semua. Satu persatu kami bicara. Ndak lupa maaf kuhaturkan ke Ibu. Untuk kesabarannya dan untuk doa-doanya kepada kami, kuucap berjuta terima kasih. Ibu, menangis. Di mata Ibu, kami yang sudah dewasa, tetaplah anak kecil. Lindungi beliau ya Allah. Basah pipiku. Ibu juga mengucap terima kasih. Paket kue yang kami titipkan ke adik saat hendak mudik, sudah sampai. Separuh telah habis bahkan. Enak. Dan Ibu suka. 

Belum beranjak siang telepon berbunyi. Satpam Penjaga kompleks rupanya.  Bungsu yang mengangkat. Ada paket datang Ayah. Ditaruh didepan, katanya. Hmm..lebaran begini, masih ada layanan jasa logistik bekerja. Istri ikut heran. Tidak ada order yang dia lakukan semenjak minggu lalu di toko-toko online langganannya. Kuminta satpam antar ke rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun