Hujan di ujung malam menantang
nyala lampu yang nyalang.
Pohon-pohon menggigil kedinginan
tak seperti lelaki pincang
yang tidur nyaman di emperan.
Hangat diselimuti nasib malang
yang selalu ikhlas menyertainya.
Lelap berbantal tumpukan kain
yang menggunung seperti
tahi kucing di pasir adukan.
Â
Tiap pagi hingga petang
kerjanya mengemis di perempatan.
Mengharap belas kasihan
pengguna jalan yang lalu lalang.
A. S. Pamuji, 29 Oktober 2020
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!