Ada rasa nyesek saat gol ketiga Iran bersarang ke gawang Ikram Alghiffari dalam fase grup Piala Asia U-20 2025. Gol itu mirip dengan gol pertama Iran ke gawang Ikram pada babak pertama.
Ada pertanyaan besar muncul di benak. Mengapa hal tersebut tidak diantisipasi oleh para pemain belakang kita. Terlihat saat Mobin melesakkan bola ke gawang Indonesia, tidak ada satu pun pemain belakang yang melompat.
Akibatnya, Ikram harus berjibaku menahan sundulan tersebut. Dan hasilnya, gagal.
Seandainya saja ada pemain Indonesia yang ikutan melompat, paling tidak akan membuat tidak nyaman pemain Iran. Namun, hal itu tidak terjadi.
Kedua, bola-bola crossing Iran sangat mengerikan. Tercatat 29 crossing mereka lakukan, dan hebatnya selalu tepat sasaran. Umpan lambung mereka selalu mampu menjangkau para pemain depan mereka di depan gawang Indonesia.
Harus diakui bahwa Iran pandai membaca situasi. Apa yang mereka lakukan menunjukkan bahwa mereka tahu kelemahan pemain Indonesia.
Padahal, seandainya Indonesia mampu bermain tenang lebih utamakan bola-bola pendek akan beda hasilnya.
Terbukti, pada awal babak kedua, Indonesia sempat mengendalikan permainan. Â Bahkan bola-bola Indonesia mampu mengobrak-abrik pertahanan Iran.
Namun sayang itu tidak berlangsung lama. Pressing ketat para pemain Iran menimbulkan kepanikan pemain Indonesia.
Ujung-ujungnya, Indonesia kembali terjebak dengan permainan awal mereka. Passing-passing salah, kalah dalam perebutan bola, kalah dalam duel udara jadi pemandangan yang jamak di laga tersebut.