Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bukan Shin Tae-yong, Justru Park Hang-seo yang Tertekan

8 Januari 2023   20:26 Diperbarui: 8 Januari 2023   20:30 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi psywar Park Hang-seo bukan tidak mungkin sebagai cara menutupi kepanikannya. (sumber: cnnindondesia.com)

Laga antara Indonesia dan Vietnam selalu menghadirkan berbagai drama menarik. Sengitnya rivalitas keduanya, tidak hanya di kalangan pemain, antar pelatih pun tidak kalah serunya. Semua orang tahu, ada rivalitas antara Shin Tae-yong dan Park Hang-seo. Secara kebetulan pula, keduanya selalu bertemu di segala ajang. Maka tidak heran jika laga besok malam tidak ubahnya laga adu gengsi antara Shin Tae-yong melawan Park Hang-seo.

Drama Korea (drakor) antar keduanya sudah muncul saat menjelang leg pertama. Ucapan saling menyindir menyembur dari keduanya. Bahkan saat jumpa pers, tanpa alasan yang jelas Park Hang-seo kabur dari acara. Katanya gegara ada jurnalis Korea Selatan mengenakan jersey timnas Indonesia. Ada-ada saja alasannya.

Saat hasil laga hanya menghasilkan skor kaca mata tanpa gol, Park Hang-seon pun bikin ulah. Macam anak kecil dia menolak uluran tangan dari Shin Tae-yong. Tanpa ba bi bu, dia langsung ngacir. Di lain waktu dia mengatakan memang punya masalah dengan Shin Tae-yong.

Menjelang leg kedua, tensi pun semakin meninggi. Sikap Park Hang-seo yang mengecilkan kekuatan Indonesia menjadi satu bentuk psy war. Dengan segala kepongahannya, Park Hang-seo yakin bisa menundukkan Indonesia di depan para pendukungnya dan mengubur impian Indonesia akan Piala AFF.

Namun di balik berbagai ucapannya, justru hal itu menunjukkan Park Hang-seo dalam tekanan dan kepanikan tingkat tinggi. Gestur yang ditunjukkan saat Vietnam hanya mampu bermain imbang di GBK, menjadi salah satu buktinya. Solidnya lini belakang Indonesia, membuat tendangan ke gawang mereka sangat minim. Di sisi lain, lini belakang Vietnam diacak-acak oleh Yacob Sayuri, Marcelino, maupun Dendy. Untung saja Van Lam bermain gemilang.

Tekanan tinggi yang dirasakan Park Hang-seo juga berkaitan dengan kemungkinan Vietnam mengalami kekalahan di kandang, dan ini bisa saja terjadi. Secara hitung-hitungan matematik, regulasi tentang gol tandang membuat posisi Indonesia lebih menguntungkan. Sementara di GBK, Vietnam tidak mampu mengoptimalkan kesempatan itu.

Lalu bagaimana seandainya Indonesia mampu menundukkan Vietnam di kandang? Jika hal itu terjadi, maka akan menjadi kado yang sangat menyakitkan bagi Park Hang-seo di ujung karir kepelatihannya di Vietnam. Seperti kita ketahui, selama 5 tahun Park Hang-seo mampu menyihir kekuatan sepak bola Vietnam menjadi momok bagi kawasan Asia Tenggara. Vietnam menjadi kiblat sepak bola modern di Asia Tenggara.

Kekalahan yang diderita Vietnam, akan menjadi sad ending bagi karir kepelatihannya. Lima tahun pengabdian untuk Vietnam, bisa saja berbalik menjadi hujatan bagi dirinya. Kegagalan Vietnam melangkah ke babak final atau menjadi juara, dapat saja dianggap sebagai kesalahan serius dari apa yang dilakukan Park Hang-seo.

Sementara itu pada laga leg pertama, Indonesia mampu meredam keganasan pemain Vietnam. Kemampuan ini akan menjadi ancaman serius bagi Park Hang-seo sebagai pelatih. Seandainya anak-anak timnas Indonesia mampu melakukan itu lagi, maka tamatlah riwayat Park Hang-seo dengan tongkat sihirnya selama ini.

Lembah Tidar, 8 Januari 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun