Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sebenarnya Sepak Bola Itu

2 Oktober 2022   10:30 Diperbarui: 2 Oktober 2022   10:32 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tragedi sepak bola yang memilukan di Kanjuruhan. (sumber: okezone.com)

Ketika pagi tadi, saat bangun tidur mendengar tragedi di Kanjuruhan ada rasa yang sulit diungkapkan. Rasa sedih, marah, kecewa, berbaur menjadi satu. Sulit untuk mengungkapkanya. Pasalnya sore hari sempat melihat pertandingan seru keduanya lewat televisi, namun hanya sampai setengah main saja. Rasa penat yang ada membuat tertidur dan baru terbangun keesokan harinya.

Mau dibilang apa, semua ini adalah tragedi kemanusiaan yang luar bias. Seratus dua puluh tujuh nyawa harus meninggal karena hal yang seharusnya tidak terjadi. Belum lagi puluhan korban luka, ditambah kerugian material yang luar biasa. 

Sekali lagi, ini tragedi. Mungkin juga ini tragedi terkelam dalam sejarah sepak bola negeri yang katanya gila bola ini.

Sepak bola sendiri, sejatinya hanyalah sebuah hiburan. Pengertian "hanya" di sini bukan berarti mengecilkan arti sepak bola itu sendiri. 

Pengertian "hanya" di sini menemptakan sepak bola sebagai salah satu upaya manusia untuk menghadirkan kegembiraan pada dirinya saat hadir di lapangan atau di mana pun mereka dapat menyaksikan. Sehingga ujung-ujungnya rasa senang itu yang akan hadir mana kala selesai menikmati sebuah pertandingan.

Demikian pula, tidak ada satu pun orang yang mempunyai tujuan bersedih saat datang ke lapangan menyaksikan kesebelasan mereka berlaga. Apalagi ada orang yang berniat meninggal di stadion saat laga itu dihelat atau sesudahnya. Hal ini tampak dari wajah cerah mereka sekaligus antusias mereka saat berangkat ke stadion.

Namun kejadian tadi malam benar-benar di luar ekspetasi siapa pun. Pertandingan seru antara kedua kesebelasan, justru berkhir dengan tangis pilu dari sebagian orang. Mereka yang menjadi korban, atau pun yang kehilangan keluarganya akibat kejadian itu. Sekali lagi, ini tragedi memilukan sekaligus memalukan.

Tunjuk hidung pada salah satu pihak sebagai biang kerok tragedi ini, jelas  bukan hal yang bijak. Tragedi ini telah terjadi. Korban nyawa telah melayang. Jika pun kita temukan biang kerok penyebab kejadian ini, tetap saja tidak bisa mengembalikan nyawa-nyawa yang terlanjur melayang sia-sia.

Jalan terbaik hanya introspeksi terhadap semua pihak, bukannya melemparkan kesalahan pada pihak lain, dan terkesan cuci tangan. Nyawa-nyawa mereka yang menjadi korban semoga menjadi nyawa melayang akibat kejadian semacam ini. Kebesaran hati bagi siapa pun untuk membukan diri, sekaligus menerima saran dan kritik membangun dari pihak lain, akan menjadi obat ampuh bagi tragedi ini. 

Belajarlah dari negeri-negeri yang berhasil mengelola sebuah kompetisi yang benar-benar menjadi hiburan bagi siapa pun. Bukan sebuah kompetisi yang hanya menghadirkan horror bagi siapa pun yang terlibat di dalamnya.

Lembah Tidar, 2 Oktober 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun