Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Benarkah Sakit Bisa Menjadi Penggugur Dosa Kita?

12 April 2022   14:13 Diperbarui: 12 April 2022   14:20 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: bola.com

Saat kita berkunjung pada salah seorang teman yang sakit, sering kita dengar nasihat yang disampaikan pada si penderita. Kalimat yang sering muncul adalah agar bersabar, karena sejatinya keadaan sakit itu adalah salah satu sarana penggugur dosa.

Jika sepintas kita cermati ucapan tersebut, muncul sebuah pertanyaan di benak kita. Adakah ucapan tersebut sekedar hiburan, ataukah sebuah support untuk menyemangati si sakit. Harapan yang muncul adalah muncul optimisme bagi si penderita untuk mencapai kesembuhan.

Kalau itu yang diharapkan, tentu saja sah-sah saja. Siapa pun tidak ingin berada pada kondisi seperti itu. Dengan menderita sakit, maka segala aktivitas kita akan terganggu, dan bukan tidak mungkin berujung pada kematian. Demikian pula yang kita harapkan pada si penderita.

Namun tahukah kita bahwa ungkapan sakit sebagai penggugur dosa tidak semudah yang kita ucapkan. Di balik ucapan itu, banyak sekali kaitan yang mengikutinya. Kalau dalam bahasa iklan, syarat dan ketentuan berlaku. Artinya gugurnya dosa seseorang karena sakit itu harus melalui beberapa syarat di dalamnya.

Karena sejatinya, sakit itu adalah sebuah kondisi yang diberikan oleh Allah pada umat-Nya. Dan perlu dipahami, pasti ada sesuatu di balik sakit yang kita derita itu. Bahkan bukan tidak mungkin ada hikmah besar di balik kondisi itu. Dan dapat menjadikan seseorang lebih tinggi lagi derajat keimanannya karena sakit yang dideritanya.

Kata kunci pertama yang harus diterima adalah ikhlas dengan penyakit tersebut. Tindakan menyalahkan orang lain, atau diri sendiri bahkan menghujat Allah, bukanlah cara yang benar. Apalagi sampai mengutuk dirinya sendiri, karena kebodohan yang menyebabkan dia menderita sakit.

Menyesal tentu saja boleh. Namun tetap saja penyesalan itu tidak akan merubah keadaan. Karena semua yang ada di dunia ini pasti berjalan atas ketentuan Allah. Bahkan daun yang jatuh pun terjadi karena ketentuan-Nya. Demikian pula dengagan penyakit yang kita derita. Rasa sesal dan tidak akan mengulangi lagi hal yang membuat kita sakit, justru menjadi hal yang sangat penting.

Lalu apa lagi? Sikap sabarlah yang harus diutamakan. Sakit itu adalah salah satu rasa sayang Allah pada kita. Sakit sekaligus sebagai salah satu ujian bagi kita dalam urusan kesabaran. Sikap pasrah disertai dengan ikhtiar yang benar, menjadi satu paket yang tidak terpisahkan. Pengertian sabar bukanlah diam saja, menunggu kesembuhan dari Allah. Dalam sabar, tetap harus ada ikhtiar dengan berbagai cara.

Tindakan ikhtiar inilah yang menjadi ukuran kemampuan kita dalam menjalani ujian tersebut. Hal ini sesuai kodrat manusia yang dibekali akal budi. Maka di sinilah letak perbedaan manusia dengan makhluk hidup yang lain. Mengedepankan ikhtiar menjadui pembeda yang utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun