Bagi sebagian orang mungkin tidak memandang penting pertanyaan ini. Cedera atau tidak Shi Yuqi, Indonesia pasti menang dalam laga meski dengan skor tipis. Maka tak dapat disangkal jika sejak persiapan ke final, Indonesia telah memasang strategi khusus.
Namun bagi saya hal ini sangat penting. Suka atau tidak suka, Shi Yuqi tetap sebuah ancaman. Apalagi rekor pertemuan Shi Yuqi dengan Anthony Ginting kurang bagus.Â
Ginting sering kalah saat harus menghadapi rangking 10 BWF ini. Maka tak heran Shi Yuqi sejatinya menjadi andalan China untuk merengkuh Piala Thomas tahun ini.
Nah pertanyaannya seandainya saat final Shi Yuqi dalam keadaan fit, akankah Indonesia menang? Jawabannya tetap menang meski dengan skor tipis. Secara tim pemain yang dibawa Indonesia ada pada peringkat yang bagus di BWF. Maka tak heran jika Indonesia ditempatkan sebagai unggulan pertama.
Bagaimana tidak kuat, jika Indonesia mengusung 2 tunggal pada 10 besar BWF. Masih ditambah dengan 3 ganda peringkat 10 besar BWF. Sebuah amunisi yang tentunya bisa diandalkan untuk meredam perlawanan tim mana pun. Termasuk China di dalamnya.
Ketiadaan Shi Yuqi dalam tim China saat final, menjadi kerugian tersendiri. Bagaimanapun juga Shi Yuqi diharapkan jadi motor penggerak permaian tim. Pengalaman menjadi pemain andalan China diharapkan mampu memotivasi pemain tunggal yang lain.
Maka saat Lu Guan Zu harus tampil sebagai tunggal pertama, sesungguhnya China seakan sudah menyiapkan kuburannya sendiri. Rapor merah Lu Guan Zu terhadap Ginting ditambah beban mental yang harus diusungnya, membuat permainannya tidak berkembang.
Meskipun sempat menjalani rubber game, akhirnya dia harus takluk di tangan Ginting. Melengkapi rapor merah yang dimilikinya terhadap Ginting.
Demikian pula ganda pertama China, He Ji Ting/ Zhou Hao Dong penghuni peringkat 10 BWF mengalami nasib yang sama. Keperksaannya saat membantai Jepang sehari sebelumnya, tidak tampak sama sekali.Â
Permaianan luar biasa dari Fajar/ Rian membuat mereka harus takluk dalam 2 gim langsung, 21 -- 12, 21 -- 19. Mereka mungkin tidak mengira jika the Minions sengaja disimpan oleh Indonesia, karena justru Fajar/ Rian yang ditampilkan.
Aksi heroik berikutnya muncul dari Jonatan Christie, sosok yang senang membuat public bulu tangkis tanah air senam jantung. Gim pertama permainan taktis Jonatan Christie mampu memaksa  Li Shi Feng berhenti di angka 12.Â
Namun penyakit lama Jonatan Christie kambuh lagidi gim kedua, sehingga dia harus menyerah 18 -- 21 dari Li Shi Feng. Untunglah gim ketiga permaian Jonatan Christie kembali lagi. Dan teriakan Jonatan Christie terlontar saat menuntaskan laga dengan skor 21 -- 14.
Skor telak 3 -- 0 ini, mungkin saja akan berbeda seandainya Shi Yuqi tampil. Duel sengitnya dengan Ginting bukan tidak mungkin akan merubah situasi. Dan bukan tidak kita akan menyaksikan ganda baru kita, Daniel Martin/ Kevin Sanjaya. Dan bukan tidak mungkin juga skor 3 -- 0 tidak terjadi.
Tapi apapun hasilnya, tim Thomas Indonesia tetap hebat. Dahaga kita akan prestasi bulu tangkis tahun ini terpuaskan. Belum hilang dari ingatan kita medali emas ganda putri dan medali perunggu tungal putra Olimpiade 2020 menghibur kita, kali ini penantian 19 tahun kita akan Piala Thomas terwujud.
Bravo bulu tangkis Indonesia!
Lembah Tidar, 17 Oktober 2021
