bola indah khas Amerika Latin. Saya tidak akan menjagokan siapa pun sebagai pemenang. Bagi saya Brazil maupun Argentina sama bagusnya dan semua adalah juara laga tersebut.
Saat memutuskan duduk di depan TV pagi tadi, hanya ada satu niatan di hati saya. Saya hanya ingin menyaksikan sepakDan benar juga, saat line up pemain muncul, nama-nama hebat tersaji di depan mata. Tanpa mengecilkan arti Messi dan Neymar, nama lain yang tampil pun tak kalah mengkilatnya. Dan mereka bertebaran di klub-klub besar daratan Eropa. Sebuah jaminan kualitas sebuah pesta.
Berbeda dengan Eropa. Laga-laga di Copa America jauh dari pragmatisme. Kalau Eropa lebih menekankan pada bagaimana memenangkan laga, maka sepak bola khas Amerika Latin selalu penuh dengan aksi-aksi membuat lidah berdecak. Para pemain tah ubahnya penari yang menarikan tarian indah di lapangan.
Skuad yang tampil dari keduanya adalah skuad terbaik tentunya. Kualitas permainan tim, tidak usah diragukan. Maka yang muncul adalah siapa lengah, dia akan kalah. Karena skill yang demikian tinggi memungkinkan mereka untuk menggunakan celah sempit yang ada pada lawan-lawan mereka. Dan hasilnya aksi Angel di Maria melakukan hal cerdik itu.
Sepanjang permainan, aksi keduanya tak ubahnya sebuah telenovela. Begitu banyak gambaran aksi individual yang mengagumkan. Aksi meloloskan diri dari kepungan 2 atau 3 pemain, menjadi pemandangan biasa. Ataupun aksi solo run menembus pertahanan lawan.
Aksi tak kalah menarik adalah aksi drama yang dipertontonkan. Baik berupa aksi diving, aksi menghentikan lari lawan dengan cara liar maupun aksi perang urat leher antar pemain. Sungguh sebuah tampilan telenovela yang luar biasa. Aksi yang tersaji memaksa sang pengadil berkali-kali meniup peluit dan mengeluarkan 9 kartu kuning dari sakunya.
Sajian komplit penuh aksi ini tentu saja akan berbeda jika kita lihat di Eropa. Diakui atau tidak Brazil dan Argentina adalah kiblat sepak bola Amerika Latin. Pertemuan keduanya di partai final menjadi dambaan setiap orang untuk menyaksikan sepak bola indah yang akan tersaji, termasuk saya.
Kalau di Eropa public pasti terbelah dalam beberapa ruang. Meratanya kekuatan tim-tim di negara Eropa, memaksa setiap orang mempunyai jagoan masing-masing. Namun di Copa America pilihan untuk laga impian sangat sempit, hanya Argentina dan Brazil. Karena kedua negara inilah gudangnya pemain-pemain hebat dan sama-sama mempunyai ambisi sebagai ikon Amerika Latin dalam sepak bola.
Saat wasit dari Uruguay, Esteban Ostojich meniupkan peluit tanda berakhirnya pertandingan, pesta pun usai. Hasil 1 -- 0, bagi Argentina mempunyai arti yang sangat banyak. Kemenangan mereka di kandang Brazil, menjadi poin tersendiri. Bagi Messi sendiri, kemenangan ini menjadi pemutus mimpinya yang tak berkesudahan di timnas Argentina. Sebuah kisah yang berakhir dengan happy ending.
Namun lepas dari semua itu, acungan jempol ditujukan pada kedua tim. Sajian tarian menarik telah mereka tampilkan pecinta sepak bola dunia. Pesta pun usai, kini saatnya setiap anggota tim akan kembali ke klub masing-masing. Dan bukan tidak mungkin mereka yang tadi pagi berhadap-hadapan akan bahu membahu dalam satu tim.
Lembah Tidar, 11 Juli 2021