Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Morata, from Zero to be Zero Again!

7 Juli 2021   10:18 Diperbarui: 7 Juli 2021   10:24 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kita mau jujur, Alvaro Morata adalah sosok yang paling menderita akibat kekalahan Spanyol dini hari tadi. Kegagalannya menjadi algojo keempat dalam babak tos-tosan itu yang menjadi penyebabnya.

Alvaro Morata sendiri mengawali laga Euro 2021 tidak semulus bintang-bintang yang lain. Sejak awal laga dihelat, kakinya masih mandul. Dia baru menunjukkan bintangnya saat membuat gol penting yang membawa Spanyol ke perempat final Euro 2020. Hal sebagai balasan atas cercaan fans padanya saat laga melawan Polandia.

Dalam laga itu berkat gol Morata, maka moral skuad Luis Enrique terangkat kembali. Dan akhinya mereka memenangi laga dengan skor 5 -- 3.

Langkah gemilaing Morata ternyata berkanjut pada babak semifinal. Cibiran fans terhadap Morata saat itu jauh berkurang. Andil Morata membawa Spanyol ke perempat final, menjadi salah satu penyebabnya.

Dalam laga semifinal sendiri, Morata yang menjadi anak kesayangan Luis Enrique sengaja "disembunyikan". Morata baru ditampilkan pada menit ke-62. Sebuah strategi yang sempat membingungkan Mancini, sang pelatih Italia. Dan perjudian Luis Enrique berhasil. Dengan Langkah efektifnya Morata mampu memperdaya Donnaruma, Spanyol berhasil menyamakan kedudukan.

Laga selanjutnya berlangsung sengit. Perbandingan penguasaan bola 65 -- 35, menunjukkan bahwa Spanyol ngotot dengan kemenangan. Sebaliknya Italia hanya mengandalkan serangan balik. Dan pada babak perpanjangan waktu, nampaknya Italia sengaja memlih babak tos-tosan.

Pada babak tos-tosan inilah nasib Morata tak ubahnya roller coaster. Sempat terpuruk di awal turnamen. Rangkaian performa buruk yang ditampilkan. Mulai dari gol terhadap Polandia yang kurang di apresiasi fans. Penampilan tidak jelas saaat laga melawan Kroasia. Dan berubah menjadi pahlawan saat menang atas Swiss.

Penempatan Morata sebagai pemain pengganti pun seakan menjadi satu isyarat bahwa Luis Enrique ingin menjadikan Morata sebagai pahlawan. Dan langkah itu ternyata berhasil. Belum sampai 20 menit dia menari di lapangan hijau, gol penyeimbang dihasilkannya. Sebuah kisah yang heroic hingga saat itu.

Namun roller coaster yang sudah menuju puncak itu, ternyata terhempas seketika saat tendangan Morata terbaca dengan sempurna oleh Donarumma. Persitiwa itu sekaligus mengubur mimpi Morata untuk menjadi pahlawan, sekaligus mengubur mimpi sang matador. Menghempaskan ke bumi secara bersamaan. Wajah cerah Morata seketika berubah menjadi mendung. Sosok yang telah menjelajah di beberapa liga Eropa di bawah klub-klub besar tertunduk tak mampu menunjukkan wajahnya lagi.

Atau jangan-jangan Morata teringat dengan Ahn Jung-Hwan pesepakbola Korea Selatan yang terusir dari Perugia. Public Italia saat marah besar pada Ahn Jung-Hwan karena mendepak Italia dari 16 besar saat Piala Dunia 2002. Morata khawatir nasibnya di Juventus jadi berubah karena Spanyol mengalahkan Italia dalam laga tadi malam. Ah, tapi rasanya tak mungkin.

Lembah Tidar, 7 Juli 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun