Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bersemi di Ujung Senja

29 Juni 2021   09:12 Diperbarui: 29 Juni 2021   09:22 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dokumen pribadi

sumber: dokumen pribadi
sumber: dokumen pribadi

sumber: dokumen pribadi
sumber: dokumen pribadi

Julukan itu rasanya sangat pas untuk saya sematkan pada diri saya sendiri. Bukannya bermaksud menyombongkan diri. Faktanya geliat saya di dunia literasi justru muncul pada saat usia mencapai kepala lima. Sebuah pencapaian yang boleh jadi sangat terlambat.

Namun ketika saya membuka arsip lama, ternyata geliat itu sudah muncul sekitar sepuluh tahun yang lalu. Indikasi yang paling nampak adalah keanggotaan saya di Kompasiana sejak tahun 2011. Namun, kenyataannya saya mandul. Tulisan saya sempat "pingsan" selama beberapa tahun.

Indikasi lain yang tak kalah hebatnya, saya temukan juga di arsip yang tersimpan di laptop jadul. Ternyata pada tahun 2011an, beberapa tulisan saya sempat nangkring di beberapa media. Di antaranya adalah mendiang tabloid Bola, hingga 3 atau 4 artikel. Selain itu beberapa tulisan di koran local, Kedaulatan Rakyat.

Kesalahan fatal dari saya adalah saya tidak membina "link" yang saya dapatkan saat itu. sudah jadi rahasia umum, bahwa keberadaan seorang penulis atau kolumnis sangat dipengaruhi dengan hal ini. Kemampuan seseorang dalam menembus sebuah media dengan artikelnya, akan menjadi pintu masuk bagi artikel-artikel berikutnya. Kalau orang Jawa mengatakan "jeneng dahulu, baru jenang", yang artinya kira-kira cari nama dahulu, pendapatan akan menyusul kemudian.

Fakta semacam ini tidak usah jauh-jauh mencarinya. Di blog kesayangan kita ini, Kompasiana tengok saja tulisan para pendekar Kompasiana. Walaupun yang mereka tulis mungkin hal-hal yang remeh, tapi yang berkunjung banyak banget. Walhasil saat perhitungan K-rewards mereka pun mendapatkannya.

Beda dengan beberapa penulis pemula. Terkadang tulisan yang mereka buat berhari-hari. Tulisan yang dilakukan dengan beberapa riset, sesuai dengan aturan yang, pada kenyataannya sepi pengunjung. Saat menengok artikel itu, hanya bebepara gelintir orang yang membacanya. Nah, mungkin hukum "jeneng dulu baru jenang", berlaku di sini.

Geliat menulis saya belakangan ini justru dibangkitkan anak sulung saya. Kebetulan dia sendiri sudah lama bergelut di dunia itu. Pesan yang dikatakan sederhana sekali, bapak harus terus menulis dan tulis apapun yang bapak pingin tulis.

Ternyata ucapan seakan jadi mantra ajaib bagi saya. Saya buka kembali akun Kompasiana dan mulai menulis semampunya. Selain itu saya tergabung pada blog penulisan yang sebagian besar anggotanya dari kalangan guru. Keajaiban pun terjadi. Jika dulu untuk merangkai kata dan menangkap ide butuh berjam-jam. Kini dalam hitungan menit, sebuah tulisan bisa lahir dari jari saya.

Petualangan saya di dunia literasi ini, ternyata tidak berhenti sampai di sini. Saat pandemic berlangsung di negeri ini, terpikir dalam benak saya untuk mengajak teman-teman membuat sebuah antologi atau kumpulan artikel. Nama saya yang sudah cukup dikenal di blog penulisan tersebut, menjadi magnet untuk menarik teman-teman bergabung. Sehingga akhirnya saya dapatkan sekitar 29 orang guru dari berbagai kota di Indonesia.

Langkah itu saya ambil saat pandemic mulai melanda negeri ini. Begitu banyak waktu luang yang ada, ternyata menjadi ladang subur dari berbagai tulisan maupun buku yang saya hasilkan. Kebanggaan tersendiri dalam diri saya adalah mampu mengajak teman-teman guru dari berbagai pulau di negeri ini berada dalam satu buku. Di mana di buku tersebut, saya berperan sebagai curator sekaligus editor.

Waktu pun berjalan dengan cepat. Tak terasa dalam komunitas saya yang diberi nama Taman Aksara berisi teman-teman guru penulis se Nusantara, mulai dari Aceh hingga Gorontalo. Dan yang membuat saya bangga bersama mereka, dua belas buku antologi kami hasilkan selama satu setengah tahun ini.

Ada hal-hal luar biasa yang saya rasakan dalam mengarungi samudra literasi ini. Yang jelas, terjalin silaturahmi dengan begitu banyak teman baik dari Padang, Medan, Riau, Balikpapan, Makassar, Maros, Gorontalo, dan berbagai kota di Jawa. sesuatu yang tak pernah terbayangkan sama sekali.

Sisi lain yang tak kalah luar biasanya adalah penambahan ilmu saya dalam tulis-menulis. Perlu diketahui saya adalah guru mata pelajaran Sejarah, yang hanya sedikit mempunyai ilmu kepenulisa. Ternyata modal nekad yang saya lakukan sangat bermanfaat. Menjadi curator dan editor untuk sebuah karya, secara tidak langsung memaksa saya untuk belajar. Sehingga secara pelan tapi pasti, teman-teman guru penulis menempatkan saya sebagai rujukan dalam tata tulis mereka.

Sebuah pencapaian yang luar biasa. Pandemic yang bagi sebagian orang menjadi musibah, ternyata mendatangkan sisi positif bagi saya. Benar apa yang orang katakana, jangan mengeluh terhadap apapun yang menimpa kita. Tapi menyelamlah, cari hikmah di balik semua itu.

Salam literasi!

Lembah Tidar, 29 Juni 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun