Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kegagalan Pendidikan Karakter dalam Daring

3 Mei 2021   13:00 Diperbarui: 5 Mei 2021   10:13 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Era pembelajaran "modern" di negeri ini telah berjalan setahun lebih. Merah biru warna pelaksanaannya pun telah dirasakan siapa pun. Tidak pandang siapa mereka. Mau sang guru sebagai garda depan pembelajaran daring, siswa sebagai "subyek" pembelajaran, mau pun orang tua sebagai kelompok peran pembantu.

Kalau kita mau jujur, pendidikan "modern" hancur di semua lini. Bagi para guru yang dikejutkan dengan wabah mendadak daring mulai menemui titik jenuh. Pontang-panting mereka selama ini dalam mempersiapkan proses pembelajaran ini berujung pada tembok tebal. Tembok tebal yang tidak mampu mereka tembus untuk mewujudkan output pendidikan yang ideal sesuai tujuan Pendidikan Nasional.

Secara garis besar ada beberapa tahapan yang harus dilakoni para guru. Tahap awal berupa pengenalan terhadap berbagai aplikasi mau pun perangkat pendukung pembelajaran daring. Tahap ini tahap yang sangat melelahkan, terutama pada kategori guru-guru "senior". Mereka yang terlahir pada jaman mesin ketik manula masih berjaya, lihai dalam mengoperasikan OHP, pandai mengelola kelas walaupun hanya bermodalkan metode ceramah, dipaksa berubah total.

Pembelajaran daring seakan memindahkan semua kegiatan pada jari-jemari kita. Kecanggihan teknologi yang ada dikendalikan oleh jari-jemari ini. Jaringan internet menjadi andalan utama dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan pada waktu yang sama di tempat yang berbeda. Tak ada interaksi langsung antara guru dan murid.

Meski dengan segala keterbatasan, semua dapat terlampaui. Standar minimal berjalannya proses belajar mengajar via daring mampu mereka lakukan. Namun di tengah perjalanan muncul kendala serius. Keterbatasan ketrampilan pengoperasian berbagai aplikasi pendukung membuat sajian menjadi garing. Pembelajaran yang seharusnya inovatif, ujung-ujungnya menjadi kegiatan yang menjemukan.

Kendala semacam ini terjadi pada sebagian besar guru. Kemampuan penyajian pembelajaran daring, ibarat sebuah bentuk pengelolaan kelas dalam kegiatan tatap muka. Karena model pembelajaran tatap muka pasti mendatangkan permasalahan tersendiri. Interaksi antara guru dan siswa tidak seleluasa saat mereka mengikuti pembelajaran secara tatap muka. Banyak celah terbuka yang memungkinkan siswa menghindar dari kegiatan itu.

Deretan permasalahan pembelajaran daring ternyata tidak hanya berhenti di sini. Kegiatan evaluasi pun mengalami kendala yang sangat serius. Kecenderungan siswa untuk mencontek hasil dari siswa lain, mengumpulkan terlambat, bahkan tidak mengumpulkan tugas atau ulangan atau juga tumpukan tugas yang ada pada file penyimpanan guru, menjadi masalah tersendiri. Beberapa guru yang masih memegang idealisme harus berbenturan dengan kenyataan di lapangan. Saat seorang siswa dalam kategori lemah ternyata mampu mengerjakan sebuah tugas dengan baik, justru jadi masalah.

Kenyataan semacam ini mendorong guru mengambil kesimpulan bahwa siswa tersebut melakukan kecurangan. Sehingga dalam skala lebih luas, tidak ada pembeda lagi antara siswa yang mampu dan tidak mampu secara akademis. Perilaku curang dengan berbagai alasan dianggap sebagai solusi mereka untuk memenuhi seabreg tugas dari guru.

Hal-hal tersebut di atas menunjukkan bahwa pembelajaran daring tidak pernah mampu menyentuh esensi pendidikan karakter. Padahal Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sepenuhnya menekankan pada ranah nilai dan sikap siswa. Dan proses penanaman ini hanya dapat berjalan optimal manakala dilakukan pembelajaran tatap muka. Intensitas relasi antara guru dan murid sangat berpengaruh di sini.

Sehingga manakala indikasi perbuatan curang siswa tercium, sulit langkah guru untuk mengambil tindakan. Sikap ndableg dari siswa menjadi kendala berat bagi langkah yang akan dilakukan oleh guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun