Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mungkinkah Kita Tiru Cara Vietnam Hadapi Covid-19?

29 Mei 2020   10:29 Diperbarui: 29 Mei 2020   10:29 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: mmediaindonesia.com

Vietnam adalah salah satu negara yang mendapat apresiasi positif dari berbagai pihak dalam penanganan pandemi Covid-19. Torehan angka nol pada kematian yang terjadi di negara tersebut menjadi salah satu indikator keberhasilan.

Keberhasilan ini tentu saja bukan tercapai tanpa kerja keras dari otoritas yang berkepentingan. Namun semua karena adanya sinergitas antara pemerintah dan masyarakat. Langkah yang mereka namakan respons yang konsisten dan pro aktif menjadi kunci utama keberhasilan. Bahkan beberapa pihak menyebutnya respon yang berlebihan.

Langkah yang ditempuh oleh Vietnam dilakukan jauh sebelum negara ASEAN lain bergerak. Bahkan pada awal bulan Maret 2020, mereka telah melaporkan 16 orang pasien Covid-19 telah sembuh. Padahal, negara-negara lain selain China tengah pontang-panting menyembuhkan pasiennya.

Keberhasilan ini ternyata berkat langkah sigap mereka, saat mendengar kabar 6 orang warga negaranya terinfeksi Covid-19. Dengan tanpa berpikir panjang Vietnam terapkan status darurat nasional, karantina terhadap wilayah terdampak, meliburkan sekolah, menerapkan standar penanganan pasien dengan standar tertinggi dan menghilangkan semua informasi negatif berkaitan Covid-19. Dan hasilnya seperti yang kita lihat hingga saat ini.

Melihat langkah yang berlebihan ini, terbayang dalam benak kita bagaimana seandainya hal ini diterapkan di Indonesia. Saat baru ada segelintir orang terinfeksi Covid-19, pemerintah dengan serta merta menetapkan status darurat nasional dan melakukan langkah yang ditempuh oleh Vietnam.

Dapat dipastikan langkah tersebut akan mendapat penolakan keras dari masyarakat. Langkah ini dianggap sebagai langkah yang sangat berlebihan dan terlalu terburu-buru. Sekali lagi, yang kita lihat adalah sikap dari masyarakat bukan mereka para ahli kesehatan. Apa pasalnya, langkah berlebihan ini dianggap akan mengancam sisi perekonomian mereka. Langkah ini akan mengganggu mata pencaharian mereka, dan dianggap belum perlu karena korban yang ada baru sedikit.

Pandangan ini tentu saja bukan tanpa dasar. Coba kita lihat kondisi saat ini, saat penerapan PSBB di berbagai wilayah. Bentuk-bentuk pelanggaran yang terjadi menunjukkan bahwa mereka menolak langkah ini. meskipun korban Covid-19 setiap hari berjatuhan, mereka tidak peduli. Bahkan ada semboyan yang luar biasa, lebih baik mati karena Covid-19 daripada mati kelaparan.

Kenyataan seperti inilah yang ada di masyarakat kita. Ketika bahaya sudah di depan mata, mereka tenang-tenang saja.

Hal ini mungkin akan menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar bagi negeri ini, saat penerapan New Normal berlaku. Kebiasaan buruk berkaitan dengan protokol kesehatan yang selama ini didengang-dengungkan sangat sulit untuk diterapkan. Kepedulian dan kedisplinan masyarakat masih sangat rendah. 

Demikian pula pada pihak-pihak yang nanti akan mengatur penerapan New Normal ini, baik di pusat perbelanjaan, restoran, pabrik, kantor ataupun sekolah. Berbagai pembiaran terhadap pelanggaran protokol kesehatan bukan tidak mungkin terjadi, manakala mereka sudah kewalahan dalam mengatur masyarakat untuk mematuhi protokol tersebut. Dan sifat permisif yang berujung pada pembiaran, justru menjadi ancaman yang tidak boleh diremehkan dalam penyebaran Covid-19.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun