Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Liga Champion, Liverpool Saved by The Bell

13 Mei 2020   10:17 Diperbarui: 13 Mei 2020   10:17 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: thisanfield.com

Siapapun pasti tidak menyangsikan kekuatan Liverpool di musim kompetisi 2019/ 2020. Perimbangan antara lini dari barisan pertahanan hingga ujung tombak menjadi ramuan yang ciamik untuk mengobrak-abrik pertahanan lawan. Tiga tombak Liverpool, Salah, Mane dan Firmino menjadi ancaman mengerikan bagi musuh-musuhnya. Sementara van Dick dan Alisson menjadi benteng tangguh mereka.

Bukti keperkasaan Liverpool di liga domestik tak terbantahkan lagi. Dengan catatan 29 kemenangan dan hanya satu kekalahan, membuat jarak poin yang sangat jauh dengan peringkat ke-2, 25 poin! Sedangkan jumlah gol yang disarangkan ke gawang lawan mencapai 66 gol dan angka kemasukan hanya 21 gol. Perolehan ini dicapai sebelum liga dihentikan karena wabah Korona.

Keperkasaan kekuatan Liverpool pun menjadi ancaman bagi klub-klub di benua Biru. Sebagai pemegang si Kuping Besar Liga Champion tahun lalu, Liverpool menjadi klub yang diperhitungkan untuk mempertahankan gelar. Apalagi beberapa klub besar di benua Biru tersebut sedang dalam kondisi labil. Bukti keperkasaan Liverpool di liga domestik mampu mengecilkan nyali para pesaing.

Namun sayang keperkasaan mereka harus tersungkur di tangan klub yang mempunyai gaya permainan sama, Atletico Madrid. Klub di bawah asuhan Diego Simeone yang mengusung gaya sepakbola mirip dengan apa yang diterapkan oleh Kloop. Alhasil kepercayaan diri yang diusung Liverpool harus berakhir dengan kekecewaan.

Dalam leg I, di Wanda Stadium Liverpool harus mengakui kekuatan Atletico Madrid dengan skor tipis 1 -- 0. Dejavu yang diharapkan dari sihir Wanda Stadium ternyata tidak berpihak pada pasukan Kloop. Alih-alih perkasa, Liverpool justru menjadi gugup dengan militansi pasukan Simeone.

Leg II yang diadakan di Anfield, akhirnya menjadi harapan terakhir bagi Liverpool. Dan selama ini Anfield dengan segenap supporter mampu melahirkan aroma angker bagi tamu-tamunya. Ketinggalan 1 gol, bukan sebuah pekerjaan yang sulit bagi Kloop untuk membalikkan keadaan. Tombak Liverpool menjadi jaminan yang tak terbantahkan.

Namun lagi-lagi keunggulan 2 gol yang telah dibukukan, nampaknya justru menjadi kutukan. Blunder Adrian, sang kiper pengganti membuat Liverpool harus mengubur impiannya dalam-dalam. Dan luka itu ditorehkan oleh sang mantan, Alvaro Morata pada menit 121! Lebih ironis lagi Liverpool harus terhenti di babak 16 besar, masih jauh dari babak final.

Penyebaran virus Korona yang tak terkendali, ternyata menjadi horror bagi perhelatan sepak bola di benua Biru. Hantaman sang virus meluluh-lantakan Italia, Spanyol dan Inggris memaksa UEFA untuk menghentikan segala kegiatan persepakbolaan sampai waktu yang belum ditentukan. Aturan ini berlaku juga bagi perjalanan Liga Champion yang mulai memasuki babak 8 besar.

Kabar yang belum jelas tentang kelanjutan Liga Champion sebenarnya menjadi kabar baik bagi Liverpool. Kans Liverpool yang hilang untuk menjuarai liga ini paling tidak dapat sedikit terhibur. 

Karena, ketika UEFA memutuskan untuk menghentikan kompetisi ini tanpa juara, maka paling tidak nama Liverpool tetap terpampang sebagai juara Liga Champion. Ketika liga Champion bergulir lagi pada tahun berikutnya,  Liverpool dapat memulai ulang ambisi mereka di liga ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun