Mohon tunggu...
Agussalim Paradeden
Agussalim Paradeden Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Agussalim Paradeden dilahirkan di Bajo, kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, pada tanggal 1 september 1996. Menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Dasar Negeri Bajo (2008), Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Soromandi (2011) dan SMAN 3 Kota Bima (tamat tahun 2014). Melanjudkan studi di Strata 1 Universitas Muhammadiyah Makassar Konsentrasi Pendidikan Seni Rupa. Penulis sekarang aktif di beberapa organisasi, di antaranya Anggota Himpunan Mahasiswa Islam(HMI), Anggota BEM FKIP Unismuh Makassar, Anggota HIMASERA UMM, KOPA (Bima-Dompu-Makassar).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Terbuka untuk Penulis

11 Maret 2019   08:19 Diperbarui: 11 Maret 2019   08:27 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Keadaan memang belum menyenangkan untuk terlalu banyak orang. Cerita itu sendiri! Tentang penganiyaan, penindasan, mana ada segi cerianya? kalau pun setuju dengan perlakuan semacam itu mungkin sekali kita bisa melihat kelucuan pada orang yang meringis-ringis kesakitan.

 "Aku bukan tergolong orang yang ikut melakukan kecurangan"

Ahhhh.. coba ku terangkan sedikit,

Tentang keseimbangan dalam berkehidupan. Siapapun yang hanya memandang pada keceriaanya saja, maka dia termaksud orang gila.! Demikian halnya mereka yang memandang pada penderitaan, maka diapun dianggap sakit. Penjajakan masa lalu itu ternyata masih berlaku sampai saat ini, bahkan dianggap lazim.

Nampaknya engkau sedang bercermin kawan !

Kenapa aku harus percaya pada ucapan orang yang belum merdeka?

Justru itu, kau harus belajar padanya. Kepada mereka yang belum merdeka, agar engkau pandang keseimbangan sebagai bentuk keadilan sejak dalam pikiranmu.

(tiba-tiba hening)

Tentu, menjadi orang terpelajar begitu sulit! Bukan soal membaca buku setumpuk kardus saja. Tapi seorang terpelajar harus berlaku adil sejak dalam pikiran. Memang seperti itu kenyataanya.!

Baiklah.... Aku minta engkau berkenan sampaikan surat ini kepada mereka yang selalu bijak dalam tulisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun