Mohon tunggu...
Agus Saefudin
Agus Saefudin Mohon Tunggu... Guru - Guru Teknik Audio Video SMK Negeri 2 Bawang Kab. Banjarnegara Prov. Jawa Tengah

flying to distance with the soft symphony.... hidup itu indah maka jalani dengan senyum dan cinta serta berbagillah karena manusia yang berharga adalah yang memiliki arti bagi sesamanya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sang Guru

15 November 2019   08:09 Diperbarui: 15 November 2019   08:13 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seseorang yang telah terpanggil jiwanya untuk sepenuh hati mengabdi bagi pertiwi mencerdaskan kehidupan bangsa. Tak berpamrih karena baginya utama mendidik generasi rabbani di masa depan yang kan bawa perubahan. Peradaban nan luhur dan berbudi menuju pada kesejahetraan, kedamaian dan keadilan.

Anak negeri, anak didik adalah anaknya jua walau tak terlahir dari rahimnya hingga yang terbaiklah yang selalu coba diberi. Selalu dijaga mimpi yang sama dengan pelajaran terbaik yakin ia akan hasilkan generasi terbaik. Tantangan jaman boleh berubah bahkan kian berat dirasakan namun semangat pengabdian takkan luntur bergelora menjadi api penyemangat tunaikan kewajiban.

Nurani menjadi barometer penuntun langkah kebajikan selalu diiringi rasio nalar matangkan tiap keputusan. Selalu sama, mendidik bukan hanya mengajari ilmu fisik yang kasat mata tapi juga ahlikan keterampilan dan tanamkan nilai-nilai luhur berharap jadi karakter unggul. Bangsa unggul hanya mungkin terwujud jika warganya berkarakter unggul.

Guru sadar betul akan peran strategis membangun sumber daya manusia unggul yang berharga diri dan berperadaban tinggi. Pun padanya tanggung jawab pendidikan generasi bangsa berada di pundak. Amanah pembangunan yang selalu dipertanyakan keberhasilannya karena dirasa bangsa ini tak juga cerdas hingga tujuan bernegara terasa jauh dari genggaman.

Guru dan amanah mencerdaskan kehidupan bangsa adalah ikatan jiwa raga, ruh badaniah, pengabdian dan pengorbanan yang meniscayakan tulus tunaikan tugas mulia negara. Tak bisa dilepaskan. Keberadaan guru adalah langkah pembangunan sistem pendidikan yang tak mungkin dapat dinafikkan. Karena sungguh guru, sekolah, pembelajaran adalah frase yang dapat dipisah seperti puisi dan rangkaian kata. Jadi, duhai guru engkaulah resi itu, begawan pun ustadz yang menularkan ilmu dan kebajikan. Keikhlasan dan amanah semesta musti purna ditunaikan dengan pengabdian terbaik.

Usah resah dan berputus asa saat harapan besar ibu pertiwi diiringi warga bangsa adalah engkau sang pelita, penerang dalam gulita. Pengetahuan dan kebijaksanaanmu tularkanlah laksana air sejuk pegunungan di hulu tanpa lelah terus turun mengairi hingga hilir. Keikhlasan dan kesabaran adalah kunci tuk hantarkan generasi bangsa pada masa depan yang lebih menjanjikan, kedamaian dan kebahagiaan.

Ramai perkembangan jaman dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang kian bebas liberal saluran seperti tanpa filter, adalah keniscayaan kebebasan global village. Internet adalah jalan besar tak berambu maka hikmah dan kebijaksanaanmu pada generasi muda menjadi begitu perlu. Janganlah ikut terseret pusaran air bah kebebasan tak berbatas itu, tapi tunjukkanlah bagaimana jalan yang seperlu di tempuh. Hidup kini tak mudah lagi tapi bukan berarti kita menyerah dan mati, bukan?

Upaya dan ikhtiar sungguh dari seluruh guru di penjuru negerilah salah satu solusi. Pendidikan yang membebaskan dan memberdayakan mustilah terus diperjuangkan. Agar terwujud anak negeri yang tangguh menghadapi tantangan jaman. Agar terwujud generasi paripurna yang tahu tugas harkat dan martabat kemanusiaan. Agar anak negeri bertumbuh menjadi generasi tangguh yang kan mengantarkannya jadi pemenang. Dan, guru adalah garda terdepan pembangunan manusia maka berdaya dan tangguh adalah keniscayaan. Aku, engkau, dan kita bukankah guru tangguh itu hingga jadi pembelajar sepanjang hayat adalah niscaya yang sungguh indah dinikmati, bukan? Tangguh dan hebatlah karena dengan itu anak bangsa akan meniru karena guru memang musti digugu dan ditiru. Guru masih begitu, kan?

Mantrianom, 14112019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun