Mohon tunggu...
agus riyan oktori
agus riyan oktori Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Hidroponiker Magang

Nyumpuk Nulis Nyumpuk!!!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bunga Desa, Mengapa Tak Sesakral Dulu?

16 Maret 2019   21:09 Diperbarui: 16 Maret 2019   21:27 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by: pixabay.com

petang yang lalu, begitu suara ayam terdengar berkokok lantang, dirimu menyegerakan terjaga dari lelapnya tidur dalam kelambu kain warisan leluhur

segera dirimu tunaikan fardhunya ibadah shalat shubuh, lalu bergegas menuju anak tangga dapur sembari memboyong keranjang piring kotor sisa semalam menuju pancur buatan tetangga

tak lupa, perapian kayu di atas setumpuk tanah dengan dinding pelupuh telah dirimu sediakan untuk sekadar memasak air kebutuhan sehari-hari

petang kemarin hal serupa belum terlalu banyak berubah, dirimu masih melakukan aktifitas rutin seperti biasanya

hanya saja berkembangnya ilmu dan pengetahuan yang dihasilkan manusia telah memudahkan dan tidak terlalu merepotkan seperti dulu

petang ini semuanya berubah dengan situasi sebaliknya, ayam berkokok justru melelapkan tidurmu diatas pembaringan empuk bulu angsa

bersolek dan merias diri demi terlihat menarik oleh mata-mata yang melihat jadi ritual sakral!
meskipun tidak dilarang, tapi dirimu telah menenggelamkan ke jurang terdalam esensi dari nilai estetika sebenarnya

mengapa? mengapa? semua tak sesakral dulu, wahai bunga desa!

curup
16.03.2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun