risau tingkah tak menentu mengubah laju jalan yang tadinya ingin terlelap, bergegas tegakkan diri melangkah menuju tempat biasa bertemu dengan raut muka lusuh
perlahan, kusandarkan tubuh sembari merebahkan diri diatas bangku panjang nan rapuh pada ruang kaca  tak beratap diantara pergumulan kaum lelaki pemuja dewi-dewi fatamorgana yang tak kasat mata saat wujud raga tersadar
tak banyak lisan melontarkan kata, hanya bermenung wajah sembari menikmati dinginnya udara yang menyelimuti romantisme untuk tetap hangat meskipun tak berdekatan
hamparan bintang yang mengubah wujud cahayanya menjadi merah kebiruan, goresan tak beraturan terpampang indah hiasi langit-langit gelap dengan kilau mempesonanyaÂ
hampir saja diriku lupa, sajian utama sebagai teman terbaik menunggu sambaran tangan untuk di reguk manisnya bersama malam
tak bisa diriku memungkiri, wajah manismu hadir menemani, dan ternyata!
siluet indah senyummu juga turut serta melengkapi dalam segelas kopi, aikh!
curup,
13.03.2019