Mohon tunggu...
Agus Netral
Agus Netral Mohon Tunggu... Administrasi - Kemajuan berasal dari ide dan gagasan

Peneliti pada YP2SD - NTB. Menulis isu kependudukan, kemiskinan, pengangguran, pariwisata dan budaya. Menyelesaikan studi di Fak. Ekonomi, Study Pembangunan Uni. Mataram HP; 081 918 401 900 https://www.kompasiana.com/agusnetral6407

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar dari Ikhtiar Singapura dalam Meningkatkan Jumlah Kelahiran

13 Agustus 2020   09:55 Diperbarui: 21 Oktober 2020   07:59 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan anga GDP sebesar itu maka GDP per kapitanya adalah yang tertinggi di ASEAN dengan angka mencapai $63.987, dan merupakan rangking ke-3 di tingkat global.

Dan Perdana Menteri Singapura berada di rangking pertama tingkat dunia, pemimpin negara yang memiliki penghasilan tahunan terbesar yaitu mencapai $2,2 juta atau sekitar Rp. 32 triliun per tahun. Dan presiden Amerika ternyata hanya di urutan ke-3 dengan salary mencapai $541 ribu.

Penghasilan PM Singapura itu wajar karena pendapatan pada APBN-nya untuk tahun anggaran 2019 saja mencapai S$76.01 milyar atau sekitar Rp.812 triliun yang merupakan 37,5% dari pendapatan APBN Indonesia tahun anggaran 2019 yang mencapai Rp.2.165 triliun.

Lalu penghasilan dari rakyatnya yang bekerja, dilihat dari mata uang rupiah cukup tinggi. Menurut data dari Singapore Department of Statistics, 14,4% keluarga di Singapura memiliki penghasilan diatas 20 ribu dolar Singapura atau diatas 212 juta rupiah per bulan. Kemudian 22,6% berpenghasilan antara 10.000 – 19.900 (106 juta – 200 juta) dan 45,5% memiliki penghasilan 1000 – 9.900 (10 juta – 100 juta). Selebihnya keluarga yang tidak bekerja dan pensiunan.

Akan tetapi ditengah kemajuan Singapura yang bergelar kota terbersih dan teridah dunia serta berbagai predikat terbaik lainnya, Singapura ternyata mendapat predikat sebagai kota termahal dalam hal harga barang dan jasa untuk tingkat global.

Dengan kemajuan dan kemakmurannya termasuk dengan tingginya tingkat harga-harga, maka masyarakat Singapura dalam kesehariannya terus berjuang untuk menggapai sukses dalam pencapaian karir dan finansial. Inilah yang dituju, sehingga bagi yang belum berkeluarga, pendidikan dan pekerjaan adalah nomor satu. Karena untuk bisa berkeluarga dan memenuhi tuntutan hidup di Singapura terlebih dahulu dibutuhkan pekerjaan yang mapan dan perumahan. Sebagai konsekuensinya adalah berkeluarga menjadi prioritas nomor ke sekian.

Hal itu sebagaimana bisa dibaca dari apa yang dikemukakan oleh salah seorang milenial disana yaitu Noah Tan, yang menulis pendapatnya di situs; pride.kindness.sg. Dia katakan bahwa tidak ada artinya begitu banyak tulisan dan himbauan tentang bahaya menurunnya tingkat kelahiran di Singapura;

 “It does not help either that there are countless articles, opinion pieces and forum letters highlighting the dangers of Singapore’s declining birth rate”.

Fokus dari milenial adalah karir, maka jangan terkejut kalau banyak milenial yang belum mau kawin;

“And, with more millennials in Singapore preferring to focus on their careers, it is no surprise that many of us are unwilling to get married or start a family till later on in our lives”, tulis Noah Tan.

Dengan fokus pada karir, maka terlihat angka umur kawin pertama pada masyarakat Singapura bergerak naik yaitu untuk laki-laki dari 29,8 tahun 2008 menjadi 30,2 tahun pada tahun 2018. Sedangkan perempuan meningkat dari rata-rata 27,3 tahun pada tahun 2008 menjadi rata-rata umur 28,5 tahun pada tahun 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun