Mohon tunggu...
Agus Netral
Agus Netral Mohon Tunggu... Administrasi - Kemajuan berasal dari ide dan gagasan

Peneliti pada YP2SD - NTB. Menulis isu kependudukan, kemiskinan, pengangguran, pariwisata dan budaya. Menyelesaikan studi di Fak. Ekonomi, Study Pembangunan Uni. Mataram HP; 081 918 401 900 https://www.kompasiana.com/agusnetral6407

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar dari Ikhtiar Singapura dalam Meningkatkan Jumlah Kelahiran

13 Agustus 2020   09:55 Diperbarui: 21 Oktober 2020   07:59 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbeda dengan negera kita yang terus mengusahakan agar jumlah kelahiran per wanita usia subur (WUS) bisa menurun ke titik tingkat penggantian atau ‘replacement level’ yaitu 2,1, pemerintah Singapura justru sebaliknya yaitu bagaimana meningkatkan jumlah kelahiran agar bisa ke angka 2,1 itu. Jadi yang satu bagaimana menurunkan kelahiran dan satunya lagi bagaimana meningkatkan jumlah kelahiran.

Pemerintah Singapura melaksanakan kebijakan pro natalis karena krisis jumlah kepemilikan anak rata-rata per wanita subur (WUS) atau Total Fertility Rate (TFR) di negara kota itu yang terus menurun ke tingkat yang sangat rendah. Menurut data dari Singapore Department of Statistics jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang wanita selama masa usia suburnya pada tahun 2019 yang lalu sudah mencapai 1,14. Dengan angka TFR sebesar 1,14 itu, Singapura berada pada posisi negara-negara dengan TFR paling rendah di tingkat global bersama Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Italia, Spanyol dan lainnya.

Dengan perkembangan seperti itu pemerintah Singapura sangat khawatir terhadap keseimbangan dari struktur, pertumbuhan serta jumlah penduduknya dalam jangka panjang. Dikhawatirkan juga persentasi penduduk lanjut usia akan terus meningkat, lalu penduduk usia produktif sebagai penopang ekonomi akan semakin mengecil.

Penurunan angka TFR di Singapura sudah terjadi sejak lama yaitu sejalan dengan pelaksanaan program KB disana. TFR menurun dari 5,76 tahun 1960 menjadi 2,15 anak per WUS tahun 1975. Jadi sejak 1975, Singapura sudah bisa mencapai titik replacement level.

Dalam sejarahnya keberhasilan Singapura menurunkan angka kelahiran tidak terlepas dari pelaksanaan program KB. Pemerintah Singapura sudah memulai penerapan program KB sejak pemisahannya dari Malaysia yaitu tahun 1965, dengan mendirikan Singapore Family Planning and Population Board. Lalu tahun 1970 dimulailah kampanye; ‘2 anak cukup’ ("Small Families – Brighter Future: Two is enough"). Dan alat kontrasepsi yang diunggulkan adalah sterilisaasi, dengan slogannya yang terkenal; "One, Two: And that's ideal: Sterilisation, the best method for Family Limitation". Selain ‘2 anak cukup’, pemerintah juga mengkampanyekan pengaturan jarak kelahiran untuk anak yang kedua serta pendewasaan usia perkawinan.

Akan tetapi sejak mencapai titik tingkat penggantian tahun 1975, TFR Singapura terus mengalami penurunan yang berkepanjangan hingga sekarang ini. Peningkatan TFR terjadi hanya pada tahun-tahun tertentu saja yaitu yang menandai tahun Naga (Dragon Years) dalam kalender China yang merupakan putaran waktu 12 tahun, sebagaimana terlihat pada tabel.

Selanjutnya ketika TFR Singapura sudah berada pada posisi 1,4 yaitu pada tahun 1986, Pemerintah mulai cemas dan mengambil kebijakan yang berbalik arah dengan kebijakan program KB yaitu menggalakkan kelahiran. ‘BKKBN’-nya bahkan dibubarkan per tanggal 30 Juni 1986. Kemudian kampanye yang diusung bukan lagi ‘Two is enough’ atau ‘2 anak cukup’, melainkan; ‘Miliki tiga anak atau lebih jika mampu’ (Have Three or More; if you can afford it), yang dikampanyekan secara nasional.

Dan kebijakan meningkatkan jumlah kelahiran itu bukan hanya sebatas menghimbau lewat berbagai jalur media, akan tetapi dilaksanakan juga dengan memberikan berbagai rupa intensif dan kemudahan bagi pasangan yang mau melahirkan.

Adapun selama ini kebijakan yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan jumlah kelahiran di Singapura adalah;

1. Bantuan keuangan dalam bentuk Baby Bonus

Untuk merawat dan membesarkan bayi, lalu untuk biaya kesehatan dan pendidikannya, pemerintah Singapura memberikan subsidi kepada orang tua yang melahirkan anaknya. Jumlahnya terus bertambah sejak paket itu pertama diberikan. Menurut penjelasan yang didapatkan dari situs; www.babybonus.msf.gov.sg, ada 3 komponen dari baby bonus di Singapura yaitu; transfer tunai (cash gift), pemberian paket tabungan atas nama si bayi (CDA First Step Grant), dan paket tabungan dimana orang tua juga harus menambung dalam jumlah itu (dollar-for-dollar matching). Adapun besaran dari ketiga komponen itu berbeda menurut urutan kelahiran si anak. Berikut tabel yang berlaku untuk kelahiran mulai 1 September 2016 (dalam $ Singapura; 1 dolar Singapura = Rp.10.500).


baby-5f8f85cf8ede483b185112b2.jpg
baby-5f8f85cf8ede483b185112b2.jpg

Dengan model bantuan seperti itu maka bisa dilihat untuk anak ketiga dari satu pasangan keluarga di Singapura bisa mendapatkan bantuan keuangan sampai lebih dari 220 juta rupiah, kalau dolarnya itu ditukar ke rupiah.

2. Pembayaran Cuti melahirkan

Cuti melahirkan mendapatkan hak selama 16 minggu (sekitar 4 bulan) di Singapura. Untuk anak yang pertama dan kedua; 8 minggu pertama, gaji cuti hamil dibayar oleh perusahaan, sedangkan 8 minggu kedua, gajinya dibayar pemerintah (perusahaan mengkalim). Kemudian untuk anak ketiga dan seterusnya, cuti 16 minggu, gaji dibayar sepenuhnya oleh negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun