Dulu, sekira di akhir tahun 90an dan awal tahun 2000an saya masih sering meumpang Kereta Api kelas ekonomi atau kadang-kadang kelas bisnis - Â tujuan Jogja Jakarta sebagai alat transportasi pulang kampung. Saat itu baik kelas ekonomi maupun kelas bisnis memiliki layanan yang amburadul. Penuh sesak, panas, kotor dan bau campur aduk menjadi satu. Belum lagi di tambah dengan pengamen dan para pedagang asongan yang hilir mudik menjajakan dagangannya, benar-benar bising dan semrawut. Tapi karena waktu itu pertimbangannya adalah harga tiket yang relatif murah, maka jadilah Kereta Api alat transportasi pilihan saya....(Ngirit nda...hehehe)
Beberapa waktu yang lalu, setelah sekian lama, sekali lagi saya menumpang Kereta Api ekonomi dari Jogja tujuan Jakarta. Satu jam sebelum jadwal keberangkatan, saya sudah tiba di stasiun Tugu. Sungguh saya dibuat terkaget-kaget dengan penampilan stasiun yang terletak tak jauh dari Malioboro ini. Bersih dan teratur, tak ada pedagang yang berebut menjajakan dagangannya pada setiap calon penumpang. Semuanya tertata dengan apik juga nyaman. Calon penumpang juga dapat menunggu jadwal keberangkatan kereta di tempat yang sudah disediakan dengan tenang. Toilet stasiun yang bersih dengan air yang melimpah juga sempat saya rasakan.
Tepat pukul 6.10 sore kereta berangkat sesuai jadwal. Dan lagi-lagi saya dibuat terkejut-kejut, Kereta Api ekonomi yang dulu selalu kumuh, sesak, kotor dan bau kini tidak lagi. Semuanya serba bersih dan tertata rapi. Tak ada penumpang yang berdiri di antara kursi atau sambungan gerbong karena tidak kebagian tempat duduk. Tak ada pengamen, tak ada lagi pedagang asongan, tak ada sampah berserakan. Tak ada istilah gerah atau panas, karena di tiap-tiap gerbong tersedia alat pendingan ruangan (AC). Toilet juga nampak bersih, tidak jorok dan tidak bau.
Dan satu lagi yang menurut saya tidak kalah penting, kini pada setiap gerbong di sediakan layar monitor yang memberitahukan kepada penumpang telah atau akan sampai dimana kereta yang sedang kita tumpangi. Ini penting karena saya pernah punya pengalaman kebablasan. Dulu tidak ada pemberitahuan Kereta Api akan atau telah tiba di stasiun mana, saya yang memang kurang memperhatikan tiap-tiap stasiun akhirnya kebablasan dan terpaksa harus turun di stasiun berikutnya.
Sekira pukul 3.00 dinihari kereta sampai di Jakarta, nyaris sama dengan jadwal ketibaan yang tertera di tiket yaitu pukul 2.45 dinihari. Kalo dulu, ketibaan meleset 2 sampai 3 jam itu hal biasa, malah bisa lebih.
Wuihh...Kereta api sekarang sudah berubah, batin saya. Dengan harga tiket yang terjangkau dan pelayanan yang baik, naik Kereta Api, bahkan yang kelas ekonomi sekalipun, kini menjadi menyenangkan.
Lalu siapa orang yang bisa menyulap layanan Kereta Api yang dulu kacau balau menjadi layanan transportasi yang menyenangkan seperti sekarang ini?
Jawabannya mudah saja, Ignasius Jonan. Direktur Utama PT. Kereta Api Indonesia sejak tahun 2009 ini adalah sosok yang memiliki peran penting dalam Perkereta-Apian Indonesia. Dengan tangan dingin dan kerja kerasnya, Ignatius Jonan telah menyulap Kereta Api menjadi alat transportasi yang jauh lebih baik ketimbang dulu.
Jadi menurut saya, keputusan presiden Jokowi mengangkat beliau sebagai Menteri Perhubungan RI adalah keputusan yang gemilang. Semoga saja pak Jonan bisa meningkatkan semua layanan transportasi, baik itu transportasi darat, laut maupun udara...seperti yang telah beliau lakukan pada Kereta Api Indonesia.