Mohon tunggu...
Agus Kayoman
Agus Kayoman Mohon Tunggu... Guru - Buku Meg dan Biolaku, Kubenci Puisi

Guru yang sesekali menulis cerpen dan puisi\r\ntwitter @aggus8888

Selanjutnya

Tutup

Politik

Golkar, Tatu dan Bang Iwan

30 Desember 2013   17:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:21 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya bukan pengamat ataupun komentator politik. Apalagi politik dalam negeri yang meskipun sangat dinamis namun cenderung mudah ditebak endingnya. Tapi, soal pemilihan ketua pengurus daerah golkar provinsi Banten saya jadi tertarik untuk menulis setidaknya sebuah catatan seperti ini.

Masa keemasan Golkar sesungguhnya paralel dengan masa kekuasaan orde baru. Saat presiden 32 tahun Soeharto berkuasa golkar banyak menikmati buah-buah perkoncoan dan mutualisma dalam ranah politik Indonesia. Namun, saat Pak Harto jatuh, seiring jatuh pula orde baru, Golkar dengan luwes berhasil memisahkan diri dengan inangnya itu. Bandingkan dengan hancurnya PKI seiring dengan kejatuhan orde lama dulu (!)

Dengan jargon-jargon yang disesuaikan suasana , golkar selamat dari dendam politik rakyat reformasi. Namun pola-pola pemupukan kekuatan dan kekuasaan yang telah mengakar lama, meski sering hendak diingkari, masih sering muncul dalam konteks kekinian.

Contoh yang menarik untuk dibahas adalah bagaimana seorang Ratu tatu masih dapat terpilih menjadi ketua DPD golkar prov banten manakala lokomotif penarik gerbong kekuasaan keluarga (dinasti) itu yaitu ratu atut, sedang mengalami badai pemeriksaan KPK. Golkar, bukannya tidak mendengar suara kekesalan rakyat terhadap keluarga ini. namun, dalam bahasa politik indonesia, suara rakyat (yang adalah suara tuhan) adalah suara yang paling minor pula untuk didengarkan. Golkar memilih untuk mengingkari suara minor itu dan memilih untuk tetap mengarusutamakan suara kekuasaan. maka terpilihlah Ratu tatu. hal sesungguhnya sudah tertebak beberapa waktu sebelumnya.

Saya dan mungkin banyak masyarakat lainnya cuma bisa senyum (kecut). demikianlah sesungguhnya posisi rakyat dalam pusaran politik kekuasaan sebuah partai. demikianpula yang akan kita hadapi pada pemilu tahun 2014 di depan. caleg-caleg antah berantah dengan rekam jejak dalam kabut dini hari yang kelak akan menyusun aturan hidup kita sebagai bangsa dan negara. Sambil menulis ini, saya mendengarkan versi terbaru lagunya bang Iwan fals, surat buat wakil rakyat...wakil rakyat kumpulan orang hebat bukan kumpulan teman2 dekat, apalagi sanak saudara .  wakil rakyat...seharusnya merakyat, jangan tidur sambil ngentip duit rakyat. wakil rakyat seharusnya merakyat jangan sidang sambil nonton film...rakyat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun