Mohon tunggu...
Agus Joko Sulistya
Agus Joko Sulistya Mohon Tunggu... Pelaut - Silent Rider

Mencoba menjadi manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Home

Tukang Serba Bsa

28 November 2024   21:45 Diperbarui: 28 November 2024   22:45 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Home. Sumber ilustrasi: Unsplash

Secara alamiah seorang pria akan senang saat jalan-jalan di toko serba ada, melihat pernik peralatan yang begitu lengkap. Apakah hal ini memang benar ya ? atau hanya perasaan saya sendiri yang seperti itu ? Terlepas benar atau tidak, perasaan seperti itu terjadi pada saya tiap kali sedang berjalan-jalan melihat-lihat tempat perbelanjaan dengan istri. Kita selalu memisahkan diri sesuai dengan minatnya masing-masing. Saya selalu menjadi pemenang. Istri pasti akan datang menghampiri ke tempat perkakas dimana saya masih betah disitu meski sudah dapatkan barang buruan. 

Perlahan namun pasti perkakas di rumah terus bertambah. Barang-barang perlengkapan tukang lengkap berfungsi sebagaimana mestinya. Saya terbiasa membetulkan keruasakan-kerusakan peralatan yang ada dirumah. Rasanya asyik mengutak-atik peralatan dirumah mencari akar masalah yang timbul. Saat berhasil memperbaiki alat yang rusak rasanya sudah seperti "Mac Gyver" (serial TV 80-an). Pembaca seusia saya pasti ingat serial tersebut. Kesukaan mengutak-atik peralatan sepertinya saya dapatkan dari kebiasaan almarhum ayah. Semasa kecil saya selalu nimbrung saat ayah sedang membetulkan peralatan dirumah. Apapun kerusakan yang ada, ayah selalu menjadi solusinya. Ternyata hal kecil sekedar nimbrung melihat apa yang ayah kerjakan saat itu, menjadi suatu kebiasaan yang saya kerjakan di usia dewasa saya kini. Jika dibandingkan dengan kondisi sekarang, situasi saat itu tentunya jauh berbeda. Dulu  belum ada budaya instan yang tinggal pencet langsung datang. Termasuk tukang. Tinggal pencet nomor di HP, tukang apapun bisa datang di rumah kita. Mulai tukang sapu, tukang cuci, tukang seterika, tukang kebun, tukang pijit dan tukang-tukang lainnya. Semua bisa datang asalkan kita punya duit untuk membayarnya. Jaman dahulu semua tukang diperankan almarhum ayah saya sendiri. Saat ini saya memerankan juga, meski tidak semua tukang he...he...he.....

Mana yang lebih baik, mengerjakan perbaikan sendiri atau cukup memanggil tukang ? menurut saya keduanya tidak ada yang salah. Saya berdiri pada posisi tengah dimana mengerjakan sendiri menjadi pilihan pertama jika saya masih bisa mengerjakannya. Memanggil tukang yang ahli di bidangnya menjadi pilihan kedua jika memang saya tidak dapat memperbaikinya. Ada beberapa keuntungan yang bisa kita dapatkan jika kita mau membenahi kerusakan peralatan rumah tangga sendiri. Pertama, dari sisi biaya tentunya lebih hemat bila kita mengerjakan sendiri. Kedua, dengan mengerjakan sendiri, kita dituntut untuk belajar dan paham bagaimana cara kerja peralatan tersebut. Otak kita dituntut bekerja mencari jalan keluar untuk memperbaiki suatu kerusakan. Saya dengan mudahnya bisa menemukan cara memperbaiki suatu kerusakan melalui youtube. Ketiga, kita tidak akan bingung jika ada kerusakan pada peralatan sejenis. Keempat, secara alamiah kita dilatih untuk tidak mudah menyerah dalam mengatasi suatu masalah. Kesannya memang sepele, namun semangat tak mudah menyerah akan terbentuk dalam diri kita secara alamiah melalui permasalahan-permasalahan yang kita selesaikan. Kelima, upaya kita memperbaiki kerusakan di rumah akan menjadi media pembelajaran alami anak-anak kita. Biarkan mereka ikut "merusuhi" saat kita bekerja. Saat itulah anak belajar langsung pada ayahnya yang sedang bekerja. 

Pada sisi lain pasti ada yang berpendapat jika lebih praktis jika kita memanggil tukang saja untuk pekerjaan atau kerusakan yang terjadi. Dijaman yang serba praktis ini memang tak salah jika kita berpikir seperti itu. Tinggal mainkan HP, tukang akan datang. Mereka senang, kitapun senang. Praktis dan cepat memang menjadi prioritas banyak orang saat ini. Katanya di jaman yang serba cepat ini kita akan dilibas jika tak bisa mengikuti. Kalo saya tetap memilih tukang sebagai alternatif kedua karena memang ada pekerjaan yang tidak akan bisa saya kerjakan sendiri. Bagi saya tukang adalah orang yang harus menyelesaikan pekerjaan dimana saya sudah menyerah saat mengerjakannya. Curang sich....tapi mau gimana lagi karena saya belum bisa merubah diri menjadi tukang serba bisa. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun