Setelah sekian hari berada di rumah, menikmati kebersamaan dengan keluarga, tak terasa hari pertama kembali ke sekolah akhirnya tiba. Selasa, 8 April 2025, saya melangkahkan kaki ke sekolah tempat saya mengabdi dengan semangat yang agak berbeda.Â
Masih terasa aroma ketupat dan opor ayam di benak, tapi semangat untuk kembali bekerja begitu membara karena hari ini adalah momen istimewa untuk menyambung silaturahmi, membuka lembaran baru, dan saling memaafkan.
Seperti biasa, hari pertama kerja pascaleberan di sekolah kami diawali dengan apel bendera pagi. Ada yang membuat saya terharu menyaksikan siswa perwakilan OSIS hadir dengan semangat tinggi, menjadi petugas upacara.Â
Berdasarkan surat edaran resminya siswa dijadwalkan kembali masuk sekolah besok hari Rabu/ 9 April 2025, setelah libur Lebaran yang berlangsung dari 21 Maret hingga 8 April 2025. Â
Mereka (perwakilan siswa) mengibarkan bendera dengan penuh kesigapan, seolah tahu bahwa momen ini adalah simbol bahwa kami siap kembali dengan hati yang telah dimaafkan dan memaafkan.
Langit pagi cerah. Halaman sekolah tidak seramai biasanya, tapi ada kehangatan yang sulit dijelaskan. Setelah apel selesai, kami saling bersalaman.Â
Satu per satu guru, staf tata usaha, dan kepala sekolah berbaur. Tak ada formalitas berlebihan. Yang ada hanyalah senyuman tulus dan ucapan yang tak asing di telinga:
"Selamat Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah, Mohon Maaf Lahir dan Batin."
Secara pribadi di balik genggaman tangan dan senyuman itu, saya bisa merasakan kelegaan. Entah mengapa, ada sesuatu yang begitu menyentuh ketika seseorang dengan tulus meminta maaf dan kita pun melakukan hal yang sama.Â
Mungkin inilah esensi dari kembali ke titik nol. Menanggalkan ego, membuka ruang untuk menyapa, dan memulai segalanya dengan niat yang lebih baik.