Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ikatan Emosional dengan Keponakan yang Tak Lekang oleh Waktu

9 Februari 2025   15:02 Diperbarui: 9 Februari 2025   20:05 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- Ayah dan anak. (Sumber: Freepik/jcomp)

Bicara tentang keponakan boleh jadi sangat menarik buat saya, karena terlahir sebagai bagian dari sebuah keluarga besar saya adalah anak bungsu yang terakhir menikah. Hal itulah yang menyebabkan saya sangat akrab dengan perilaku keponakan-keponakan yang lahir dari tujuh saudara kandung saya, jumlahnya sampai saat ini sudah puluhan.

Beragam sikap lucu, unik, dan menggemaskan dari mereka tidak terlupakan. Bahkan saya menyayangi mereka seperti anak sendiri, sontak ketika anak semata wayang saya lahir, saya sering salah menyebut nama anak saya dengan nama keponakan saya yang lain, hal ini tentunya akibat kedekatan emosional saya dengan para keponakan.

Foto Ayah, Ibu, dan keponakan saya ditahun 2011 (Sumber: Dokumen Pribadi/Keluarga)
Foto Ayah, Ibu, dan keponakan saya ditahun 2011 (Sumber: Dokumen Pribadi/Keluarga)

Mulai dari keponakan pertama yang lahir tahun 1991, dialah keponakan yang paling menjadi pusat perhatian keluarga besar. Bukan tanpa alasan, kelahiran keponakan sebagai cucu pertama tentunya merupakan hal istimewa pada sebuah keluarga besar.

Tidak terkecuali dengan saya, keseharian kami adalah momen yang tidak terlupakan. Bahkan cerita itu menjadi bahasan menarik ketika kami berkumpul bersama, apalagi sekarang keponakan saya ini sudah berkeluarga dan memberikan saya cucu yang merupakan cicit pertama dari mendiang ayah dan ibu saya.

Kehadiran keponakan-keponakan berikutnya, memberikan saya pengalaman berbeda. Karena memang setiap pribadi itu unik, hal ini diperlihatkan dari pertama kali mereka lahir dan tumbuh menjadi seorang dewasa. Perjalanan seseorang menjadi dewasa, sungguh suatu hal yang dapat dipetik sebagai pelajaran berharga darinya. 

Keuntungan yang paling saya rasakan adalah ketika anak saya terlahir, dengan pengalaman menghadapi puluhan keponakan yang kini sudah pada dewasa, saya punya bekal untuk membimbing anak saya kearah yang lebih baik.

Seiring berjalannya waktu, hubungan saya dengan para keponakan tetap terjalin erat. Ada yang masih suka bercerita tentang kesehariannya, meminta pendapat tentang pilihan hidupnya, bahkan ada yang tetap manja meskipun sudah berkeluarga. Bagi saya, ini adalah anugerah yang luar biasa karena kedekatan emosional tidak luntur meski mereka sudah tumbuh dewasa.

Setiap momen bersama mereka selalu menjadi cerita tersendiri. Dari masa kecil mereka yang penuh tingkah lucu dan menggemaskan, hingga kini mereka menjalani peran sebagai orang tua, menghadapi tantangan yang pernah saya alami dulu. Melihat mereka bertransformasi dari anak kecil yang sering saya gendong, bermain bersama, hingga kini menjadi individu yang bertanggung jawab dalam kehidupan mereka, memberikan kebahagiaan yang tak ternilai.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun