Mohon tunggu...
Agus Eko K.
Agus Eko K. Mohon Tunggu... Relawan - Penjaring Berlian

Seorang driver ojek online yang bentuk kepalanya tak bulat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yakin Jodoh Itu Hanya Dinanti?

18 Juni 2019   23:01 Diperbarui: 22 Maret 2022   15:08 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Aditya Djunaidi 

Jodoh pasti bertemu. Itulah sebuah judul lagu yang dinyanyikan oleh seorang penyanyi pria berinisial A dari Indonesia yang memiliki dua lesung di pipinya. 

Memang judul tersebut terdengar nyata bagi sebagian insan yang memiliki optimisme dalam dirinya. Keyakinan akan datangnya seorang jodoh yang telah disiapkan membuatnya tak pernah lelah berhenti menanti. Tapi apakah demikian adanya? Apakah Sang Ilahi benar-benar telah menyiapkan jodoh kita? Jawabannya, jodohmu sudah siap dan bisa berasal dari macam-macam latar belakang. Bisa latar belakang pendidikan, karier, status (bujang, janda, atau duda), suku, dan lain-lain.

Namun tidak mudah memang untuk bertemu lalu bersanding hidup dengan jodoh kita. Kemudahan-kemudahan dalam menemukan jodoh hanya ada pada adegan film televisi (FTV) di salah satu televisi nasional. 

Sebagian besar alur ceritanya nyaris sama. Mau judul filmnya Bunga Asmara Di Toko Kembang, Satpam Cantik Penjaga Hati, Tercangkul Cinta Anak Petani, dan lain-lain. Ujung ceritanya pasti akan senantiasa indah. Walau sedari awal pemeran pria dan wanita tak saling mengenal, bahkan selalu bertengkar hingga tak menyapa satu sama lain. Mereka berdua akan tetap menjadi sepasang kekasih atau bahkan ada yang sampai ke pelaminan pada akhir film. 

Sayangnya cerita di FTV bukanlah sebuah kisah nyata. Itu hanya skenario yang ditulis oleh seorang penulis cerita. Lalu diwujudkan dalam rupa karya audio visual yang memiliki tujuan sebagai hiburan semata dan berjalan di bawah arahan serta tanggung jawab seorang sutradara.

https://pixabay.com/id/illustrations/pertahanan-ego-reaktivitas-788788/
https://pixabay.com/id/illustrations/pertahanan-ego-reaktivitas-788788/
Untuk menemukan jodoh di dunia nyata perlu banyak upaya. Bahkan tidak jarang menghadapi aneka benteng internal milik si penanti jodoh. Mulai dari faktor campur tangan keluarga, kondisi finansial yang masih belum mencukupi, kurang percaya diri dengan bentuk tubuh, trauma dengan kegagalan di masa lalu, masih ingin menikmati kesendirian, dan lain sebagainya. Sebagian besar dari mereka ada pula yang cukup selektif dalam mencari seorang pasangan. Alasan umumnya karena belum ada seseorang yang cocok di hatinya. Menurut penulis ini sebuah pertimbangan yang naif. Karena jika dipikir-pikir, seseorang yang telah menemukan tambatan hatinya dan akhirnya menikah, tidak ada satu pun yang memiliki kecocokan dengan pasangannya. Betul tidak?

Mulai ketidakcocokan dari paras wajah, adat, budaya, domisili, sifat, kekuatan finansial, jenis profesi, warna kulit, status sosial, keyakinan, dan banyak lagi yang lainnya. Jusrtu mereka dipersatukan Sang Ilahi untuk saling melengkapi satu sama lain. 

Berpangku tangan pada kehendak-Nya bukanlah satu-satunya jalan keluar. Apalagi cuma sekedar mempercantik diri atau berdandan hingga terlihat ganteng maksimal. Mendapatkan jodoh memerlukan keterlibatan aktif. Si penanti jodoh bisa memulai dari lebih pro aktif bertualang menentukan sasaran hati, intensif berinteraksi dengan lawan jenis yang jadi idaman, berani serta siap menerima aneka konsekuensi yang akan dihadapi apabila sudah memantapkan pilihan hati, serta punya keinginan kuat untuk keluar dari batasan-batasan yang membentengi diri. Bahkan ada dari mereka yang rela untuk terlihat bodoh hanya untuk mendapatkan pujaan hatinya. 

Jika diibaratkan sebuah film, si penanti jodoh hanyalah seorang aktor atau aktris yang sedang menjalankan skenario hidup dari naskah pribadi Sang Ilahi. Dalam naskah tersebut telah tertulis semua yang terjadi pada setiap cerita hidupnya. Termasuk siapa kelak sosok yang telah disediakan untuk jadi pasangan di dalam hidupnya. Namun untuk mewujudkan isi naskah tampaknya memerlukan sedikit improvisasi peran dan kontribusi aktif dari dalam diri si penanti jodoh. Karena jika tidak demikian, bukan tidak mungkin di akhir cerita hidupnya ia tetap menjadi seorang penanti jodoh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun