Mohon tunggu...
Agus Eko K.
Agus Eko K. Mohon Tunggu... Relawan - Penjaring Berlian

Seorang driver ojek online yang bentuk kepalanya tak bulat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Foto Berefek Polkadot

15 Juni 2019   04:26 Diperbarui: 16 Juni 2019   20:11 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si Baju Hitam dan Si Hijab Hitam || Dokpri Jemmy Aquariesta

Seorang lelaki berkaca mata dan perempuan berhijab hitam yang berada dalam foto di atas sedang menikmati momen layaknya film televisi (FTV) yang sering tayang di salah satu televisi nasional. Mereka berdua hanyut dalam perbincangan menarik di meja rotan malam itu.

Sepertinya mereka sedang mendiskusikan sesuatu hal yang menurut mereka penting di dalam sebuah alat komunikasi. Hal ini terlihat dari bola mata mereka yang sedang fokus menatap layar pada telepon genggam. Entah telepon pintar milik siapa yang dipegang pria berkaus hitam itu. 

Orang-orang yang baru melihat foto di atas tentu akan menduga kalau kedua orang di dalam foto adalah sepasang kekasih yang sedang kencan. Betul atau tidak? Sebuah foto mampu membuat orang memiliki persepsi beraneka macam. Penulis pun jika menjadi orang yang baru melihat foto tersebut akan berprasangka kedua orang tersebut adalah pasangan suami istri muda yang sedang nongkrong di warung kopi (warkop). 

Tetapi tahukah pembaca siapa sebenarnya mereka berdua? Mereka hanyalah teman seangkatan di salah satu universitas yang terletak di kota Surabaya.

Fakta sebenarnya yang terjadi di lokasi ialah si pria sedang membantu si perempuan untuk mencarikan rumah usaha. Bangunan tersebut rencananya akan dipakai si wanita untuk membuka usaha warkop bersama saudara kandungnya yang laki-laki. Di lokasi tersebut juga ada rekan-rekan si pria, termasuk juga penulis yang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Ada yang sibuk menonton video-video di kanal Youtube, menikmati film layar lebar bergenre action war, dan main game online menggunakan earphone. Jadi mereka tidak sedang kencan berdua layaknya Rangga dan Cinta dalam film Ada Apa Dengan Cinta.

Penulis mencoba memetik secuil refleksi dari kisah nyata di awal tulisan ini. 

Sebagian dari masyarakat kita masih banyak yang belum menyadari jika tak semua dari kita mampu menyaring aneka unggahan di dunia maya. Apa lagi kita semua mengetahui bahwa sebagian masyarakat rentan sekali termakan kabar bohong dan isu-isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan) yang disebar luaskan oleh oknum-oknum yang kurang bertanggung jawab.

Masyarakat kita juga cukup mudah menyimpulkan sebuah peristiwa hanya melalui kiriman gambar yang baru didapatkannya. Entah dari Whatsapp, Instagram, Youtube, dan media sosial lainnya.

Kita ambil contoh. Pada bulan Maret beberapa waktu lalu ada pengiriman sejumlah surat suara untuk pemilihan umum (pemilu) yang diangkut menggunakan truk kontainer dari Surakarta, Jawa Tengah. Rencananya truk tersebut akan menuju ke salah satu kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang ada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya daerah Kabupaten Kulon Progo.

Tetapi karena ada segilintir pengguna media sosial yang kurang bijak dalam berselancar di dunia maya, akhirnya memunculkan sebuah polemik kala itu.

https://cdn.tmpo.co/data/2019/03/12/id_825782/825782_720.jpg
https://cdn.tmpo.co/data/2019/03/12/id_825782/825782_720.jpg

Sebuah akun facebook membuat sebuah postingan berisi demikian, "Maksudnya apa ini yaa, dokumen negara yang ngangkut kontainernya bertuliskan huruf China. PT Kereta aping juga sudah berubah jadi PT Kereta Api Indonesia China. Ini paraaahhhh sekali. Kayaknya bakal terjadi revolusi jihad kalau seperti ini." Begitulah kira-kira narasi yang diunggah salah satu warganet yang disertai pula dengan gambar ketua KPU Kulon Progo yang berdiri di depan kontainer beraksara asing berserta petugas dari kepolisian yang bertugas mengamankan logistik pemilu.

Narasi beserta foto yang diunggah akun facebook tersebut jelas langsung memunculkan persepsi macam-macam di masyarakat. Apalagi tepat pada hari si pemilik akun facebook tersebut mengunggah statusnya, sudah 23,5 ribu kali statusnya itu dibagikan. Bisa dibayangkan toh kegaduhan yang terjadi di jagad dunia maya kala itu?

Motif polkadot || pixabay.com
Motif polkadot || pixabay.com
Penulis ingin menutup tulisan ini dengan mengajak para pengguna internet untuk berduyun-duyun mengendalikan diri saat berselancar di dunia maya. Saya yakin masyarakat kita akan jauh lebih bisa memaklumi saat kita mengunggah gambar lokasi wisata kekinian yang sedang kita kunjungi. Dari pada unggahan foto yang dapat memicu polemik di dunia maya, bahkan sampai memiliki dampak sangat merugikan yakni rakyat di negara kita tercinta ini jadi seperti bulatan yang terpisah-pisah pada motif polkadot.

Jangan mau terpolkadot! 

Sumber:

https://tempo.co

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun