Mohon tunggu...
Agus Daryanto
Agus Daryanto Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia

Pembelajar kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Menaruh Cermin di Depan Puasa Kita

24 Mei 2018   08:30 Diperbarui: 24 Mei 2018   17:18 2551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (pixabay)

Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang dinanti oleh umat Muslim. Bulan yang mengandung banyak keutamaan. Pada bulan inilah diturunkan Al-qur'an, pahala dari amal kebaikan dilipatgandakan, dosa diampuni, dan doa dikabulkan.

Puasa pada bulan Ramadhan wajib hukumnya bagi umat Islam. Puasa sebulan penuh pada bulan ke sembilan Hijriah ini merupakan salah satu rukun Islam, perkara pokok yang menandai ke-Islaman seseorang, puasa yang menjadi identitas ritual pembeda umat Islam dengan yang bukan.

Menurut Imam Ghozali dalam kitab mahakarya-nya, Ihya Ulumuddin, puasa manusia itu ada tiga tingkatan. Tingkat pertama adalah puasanya orang awam, yaitu puasanya orang kebanyakan, menahan makan, minum, serta menjaga kemaluan dari godaan syahwat. 

Kedua, puasanya orang khusus, yaitu selain menahan makan minum dan syahwat, juga menahan pendengaran, pandangan, ucapan, gerakan tangan dan kaki dari segala macam bentuk dosa. 

Ketiga, puasa terkhusus dari orang khusus, puasanya hati dari kepentingan jangka pendek dan fikiran duniawi serta menahan segala hal yang dapat memalingkan dirinya pada selain Allah SWT.

Saya meyakini keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan. Namun, benarkah kita menunggu-nunggu untuk berpuasa?

Benarkah kita sepenuhnya gembira dengan perintah puasa? Jangan-jangan ada kadar kepura-puraan saat kita berkata gembira atas diwajibkannya berpuasa. 

Jangan-jangan ada setitik nila kemunafikan saat diperintahkan puasa. Saya tidak akan berdebat dan menghakimi jawaban Anda. Namun, tidak ada salahnya kita merenungkan kembali tentang puasa kita.

Logika sederhana, suka atau tidak suka

Rhoma Irama dalam sepenggal lirik lagunya menyampaikan "Kenapa semua yang enak-enak itu diharamkan? Mengapa semua yang asyik-asyik itu yang dilarang? lalu Bang Rhoma menjawab sendiri "Ah Ah Ah.. Itu lah perangkap setan. Umpannya ialah bermacam-macam kesenangan."

Tuhan Yang Maha Tahu tentunya paham betul bahwa kecenderungan manusia adalah melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya sendiri. Manusia adalah makhluk yang ingin menuruti segala kesenangannya. Apalagi Tuhan menghadirkan simbolik setan sebagai penipu daya yang dapat mengemas dosa sebagai hal yang menyenangkan. Manusia bisa dengan mudah mengatakan dosa yang ia lakukan adalah akibat godaan syaitan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun