Mohon tunggu...
Politik

Puan Maharani; Wanita Tercanggih dalam Bekerja

1 Februari 2017   14:13 Diperbarui: 1 Februari 2017   14:39 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Benarkah Puan Maharani Tidak Bekerja?

 “... memangnya, Puan Maharani benar tidak bekerja? ...”

 Pertanyaan tersebut rasanya agak menyedihkan untuk diajukan, terutama ketika melihat fakta, bahwa; pertama, tak mungkin dalam waktu dua tahun menjabat sebagai Menteri, Puan belum menghasilkan apa-apa. Kemungkinannya hanya dua; sengaja menutup mata terhadap kinerja Puan, dan memang tidak suka terhadap Puan. Kedua, Presiden juga tidak mungkin mengambil risiko terlalu jauh untuk mempertahankan seorang menteri yang mempunyai resistensi, apalagi tidak bekerja. Presiden, dalam kapasitasnya sebagai “tuan” dari para menteri, tentu mempunyai pertimbangan dan fakta mendasar tentang kinerja bawahannya. Ketiga, karena faktanya, kita harus mengakui, bahwa Puan Maharani telah bekerja. Apa buktinya?

Puan berhasil menjadi menteri koordinator karena berhasil membuat beberapa kementerian yang ada di bawahnya bekerja dengan baik. Itu keberhasilan menterinya masing-masing! Memang betul, tapi Puan mempunyai peran dalam mengelola dan mengoordinasi sesuai tugas pokok dan tanggung jawabnya. Puan mempunyai kemampuan manajerial yang baik.

Selain itu, Tugas Puan Maharani yang difokuskan pada tiga hal, yakni kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan sosial, terbukti menunjukkan peningkatan yang signifikan. Tingkat kemiskinan tahun 2016 turun menjadi 10,8% dari sebelumnya sebesar 11,2% pada tahun 2015. Tingkat pengangguran pun turun menjadi 5,8% pada tahun 2016 dari sebelumnya 6,18% pada tahun 2015. Bahkan kata Johan Budi, angka pengangguran ini terendah sejak era reformasi (liputan6.com/24 Oktober 2016). Prestasi yang membanggakan, tentunya.

Puan Maharani juga ditugaskan secara khusus oleh Presiden melalui Inpres untuk menjadi menteri yang terdepan dalam menyukseskan Gerakan Nasional Revolusi Mental. Meski belum tampak hasil yang signifikan, tapi kedepan, sepertinya akan kita lihat trobosan yang akan dilakukannya, termasuk seruan kepada bangsa ini untuk menghargai sesuatu yang lokal, seperti batik dan kebaya, sebagai bagian tak terpisahkan dari kebudayan dan sejarah perjalanan bangsa. Revolusi mental yang menjadi “maskot” dalam pembangunan bangsa ini, akan terus digalakkan untuk menciptakan perubahan, terutama dari hal-hal kecil seperti kejujuran, cinta tanah air, semangat kerja, berpikir positif, dan lain sebagainya.

Dalam posisinya sebagai menteri koordinator PMK, Puan Maharani berperan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia, termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Menurutnya, "Salah satu prioritas dalam melakukan Pemerataan Kesejahteraan tersebut adalah perluasan akses Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik,". salah satu target prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, yaitu mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada 2019. 

Seperti kita tahu, Saat ini cakupan peserta BPJS Kesehatan telah mencapai 171,86 juta jiwa (per 23 Desember 2016), sementara target cakupan kepesertaan 2016 adalah sebesar 188,2 juta jiwa. Karena itu, perlu terobosan dalam peningkatan cakupan kepesertaan menuju universal health coverage pada tahun 2019 sebesar 254 juta jiwa atau 95% dari seluruh penduduk Indonesia

Begitu pula dalam dunia pendidikan. Puan mengatakan, dalam Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa setidaknya ada tiga fokus utama yang menjadi urgen dalam dunia pendidikan kita: peningkatan pemerataan layanan pendidikan yang meliputi optimalisasi Program Indonesia Pintar (PIP) dan optimalisasi pendidikan dan kebudayaan dari pinggiran; peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan; dan penguatan tata kelola pendidikan dan kebudayaan. Tentang Kartu Indonesia Pintar (KIP), tahun 2017 ini ditargetkan akan ada 16,4 juta siswa dari keluarga miskin yang mendapatkan, termasuk peserta didik yaitm piatu, baik dari sekolah maupun panti sosial/panti asuhan

Tentu saja masih banyak kerja hebat yang telah dilakukan Puan Maharani dalam posisinya sebagai menteri, dan itu sangat naif kalau masih dinegasikan dengan kalimat “tidak bekerja” seperti yang saat ini berkembang. Tulisan ini hanya ingin menunjukkan kepada kita semua, bahwa Puan itu bekerja. Jadi, sangat tidak tepat ketika masih mempertanyakan dengan frase sinis, “memangnya, Puan Maharani bekerja?”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun