Mohon tunggu...
Agus Susanto
Agus Susanto Mohon Tunggu... Guru - Tak Perlu Sempurna Untuk Menjadi Manusia

Instruktur Komputer Facebook : facebook.com/agusmaxi. Twitter : @aguscedar. Instagram : @aguscedar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup adalah Koma

27 November 2021   05:45 Diperbarui: 27 November 2021   05:48 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Koleksi Pribadi

Fungsi koma sendiri adalah untuk memberi jeda, memberikan waktu untuk mengambil nafas, ketika membaca bacaan yang panjang. Setelah itu, melanjutkan kembali membaca bacaan yang belum selesai. 

Sama seperti kehidupan, ada kalanya kita perlu berhenti sejenak, merefresh pikiran, mengistirahatkan raga, untuk selanjutnya berjalan kembali, mengikuti alur kehidupan.


Koma juga menjadi pengingat, bahwa ini semua belum selesai, masih ada titik sebagai penghujung kalimat. Kita semua sedang berproses, menjadi apa atau siapa, semuanya masih bisa berubah. Ujungnya apa? Kematian. 

Jangan buru-buru berkata saya telah gagal, padahal baru sedikit mencoba. Jangan merasa sudah menjadi penjahat atau sudah ditakdirkan menjadi pendosa, padahal masih ada kesempatan untuk memperbaikinya.


Kesempatan itu selalu ada, peluang itu masih terbuka, selagi masih hidup, manfaatkan itu. Saling menyemangati satu dengan yang lain, akan menjadi kan hidup lebih kuat. Kalau mau teriak, teriaklah sekencang-kencangnya, biar suaranya serak sekalian. 

Kalau mau nangis, menangislah sejadi-jadinya, biar lega. Kalau sudah selesai tidurlah, istirahatkan raga dan pikiran. Ketika bangun pagi, hiruplah udara kebebasan dan harapan, mulai dengan hal baru, lupakan beban masa lalu.


Saat sedang di puncak, saat merasa sudah mapan, nyaman, tetaplah waspada dan berhati-hati. Sebab kita tidak tahu ke depannya seperti apa. 

Merasa sudah PW membuat malas untuk berkreasi dan berinovasi, semangat juangnya jadi kendor. Berada di zona nyaman adalah anugerah, tapi bisa jadi musibah kalau tak bijak mensikapinya. Air yang tenang bisa menghanyutkan, yang sudah sukses bisa jatuh miskin dan jadi pecundang, sudah banyak kasus terbukti.


Sama seperti kalau mendekati bukit, jika lelah berhenti sejenak, setelah di rasa cukup lanjutkan perjalanan menuju ke puncak, sampai di puncak, turun kembali ke bawah untuk pulang. 

Belajar dari kesalahan yang dilakukan atau orang lain lakukan, tapi tak perlu mengutuk diri. Cukup berjalan, melangkah ke depan menjemput masa depan. Selagi nyawa masih menempel di badan, semuanya masih koma.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun