PART 1
THE INTERVIEW
Perkenalkan namanya adalah Bagus Lelana, pemuda tampan berusia 30, bertinggi badan 170 cm, kulit putih, berhidung mancung, pakaiannya selalu rapi, aroma wangi bunga terus menempel ditubuhnya sepanjang hari, sungguh dia adalah figur pria tampan yang sudah mapan.
Hari ini adalah hari senin, sudah menjadi kebiasaannya tiap senin sebelum masuk kantor, dia pergi terlebih dahulu ke toko bunga untuk membeli beberapa pucuk bunga mawar yang masih segar. Entah karena suggesti atau dorongan motivasi diri, bagi dia bunga mawar bisa membuat mood bekerja positif dan suasana hatinya akan selalu bahagia.
Waktu menunjukkan jam 07.00 pagi, Bagus keluar dari pintu mobil dan berjalan masuk menuju ruang kerjanya, dia mengeluarkan bunga mawar yang dibelinya tadi pagi untuk diletakkan ke dalam vas bunga yang sudah kosong, posisinya tepat dibagian tengah meja kerjanya. Suasana kantor masih sepi, karena memang  jam masuk kerja karyawan adalah 07.30, lagi pula pegawai tetap dikantornya cuma 3 orang dia sendiri dan dua orang staff perempuan, sisanya pegawai lapangan yang sewaktu ada keperluan saja datang ke kantor.  Â
Sambil duduk di kursi hitam kesayangannya, dia membuka buku yang di belinya minggu kemarin, buku itu ditulis oleh sastrawan favoritnya Kahlil Gibran berjudul Sayap -Sayap Patah dengan seksama dia membaca dan mulai larut dalam alur cerita sastra romantis tersebut. Tepat di halaman 10 dimana ada tulisan "Suatu hari kelak diammu akan dibaca lewat tulisan -tulisanmu, kegelapanmu akan menjadi cahaya", terdengar suara ketukan pintu dari luar.
"Silahkan masuk", setelah pintu di buka masuklah Santi, salah seorang staff yang tengah hamil 8 bulan.
"Ada apa, San ?"
Kalimat awal yang terucap dari mulut Bagus mengawali pembicaraan. Setelah Santi membetulkan posisi duduknya dia pun menjawab.
"eee..begini pak, saya mau mengajukan ijin untuk cuti melahirkan"Â
Sambil mengeryitkan dahi, dan coba membayangkan peristiwa yang terjadi seandainya Santi benar - benar cuti, lalu siapa yang akan meng-handle semua pekerjaannya nanti, Bagus melanjutkan pembicaraan dan dengan berat  hati memberikan jawaban.