Mohon tunggu...
Agus Arta Diva Anggara
Agus Arta Diva Anggara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

"write what should not be forgotten"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apakah Mampu Menyeragamkan 7.4 Miliar Orang di Dunia? Mari Kita Lihat dari Kaca Mata Kajian Kultural Komunikasi

17 Februari 2021   16:52 Diperbarui: 19 Februari 2021   17:09 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti yang kita ketahui, peradaban manusia mengalami pergerakan dari satu titik ke titik lain. Manusia berkembang biak, berfikir, membentuk pola komunikasi kelompok serta kebiasaan yang mereka bentuk seiring dengan perkembangan pola pikir yang semakin kompleks. Dikarenakan sifat alami manusia dapat berkembang biak jumlah populasi manusia di planet yang kita jadikan sebagai rumah ini sudah mencapai 7.4 miliar. Jika melihat dari legenda yang paling populer, awal mulanya hanya terdapat dua manusia terlahir di bumi ini yaitu Adam dan Hawa. Tentu saja pola pikir dan kebiasaan manusia pada saat itu tidak banyak ragamnya. 

Setiap keputusan, tindakan, bahasa, norma, kebiasaan hanya terbentuk oleh dua pikiran manusia pada saat itu. Lalu sekarang, dengan jumlah penduduk bumi yang terus meningkat tidak hanya dua manusia tetapi, 7.4 miliar manusia hidup dan berinteraksi di bumi. Dapatkah kalian bayangkan ada berapa bahasa,norma,dan kebiasaan yang terbentuk dari 7.4 miliar pikiran manusia yang tentu  sangat beragam dan kompleks?

Manusia akan terus bergerak menuju titik lain dalam perjalanan hidup nya sebagai makhluk sosial. Pada saat ini manusia sudah berada pada titik globalisasi. Hal ini ditandai dengan maraknya interaksi antarkultural yang terjadi antar manusia. Pada era ini, saluran dan akses komunikasi lebih terbuka mengakibatkan terbuka pula kemungkinan interaksi antarkultural yang tak terbatas.

Dengan demikian, untuk membentuk sebuah relasi dengan banyaknya jumlah orang di dunia adalah bukan hal yang mustahil lagi. Pada akhirnya hal tersebut akan berdampak pada urgensi kajian budaya yang mencoba memahami perbedaan antarbudaya lebih baik lagi, mengingat saat ini perbedaan antarbudaya tidak hanya sebatas kebudayaan yang dibawa oleh Adam atau kebudayaan yang dibawa oleh Hawa, saat ini kita menghadapi perbedaan budaya dengan 7.4 miliar orang di dunia.  

Interaksi antarkultural yang dibentuk kerap kali memicu sebuah persoalan yang bersumber pada perbedaan budaya. Perbedaan budaya kerap kali disikapi dengan tidak bijak, sehingga mengakibatkan distorsi dalam mencapai tujuan-tujuan berinteraksi. Pemahanan yang cenderung mendangkal seperti ini, kerap kali membuat treatment yang juga tidak bijaksana, maksudnya adalah timbulnya ambisi untuk penghapusan perbedaan budaya dengan cara menyeragamkan budaya.

Tindakan ini cukup berbahaya karena dapat menafikan budaya-budaya minoritas, atau budaya subordinan, lalu mencoba menggantikan budaya subordinan ini dengan ideologi dan tata nilai yang dominan, atau dapat dikatakan budaya akan dikontruksi sebagai yang dominan oleh pihak-pihak tertentu.

Ambisi penyeragaman budaya tentu dapat memperburuk relasi antar manusia. Pemahaman yang dangkal membuat sebagian orang berfikir bahwa budaya mereka adalah budaya yang lebih unggul dan berorientasi pada ego dan sifat etnosentrisme yang ada pada diri mereka. 

Dianto, I. (2019) dalam jurnalnya menyebutkan etnosentrisme merupakan sifat menilai budaya orang lain dengan kacamata budaya kita sendiri. Kelompok tertentu dianggap salah oleh kelompok lain yang berbeda, karena mereka memandang kelompok yang salah itu menurut takaran kebenaran yang ada pada budayanya sendiri. Akibatnya, tindakan menghukum secara sosial dan memberikan claim 'label salah' terhadap budaya orang lain.

Untuk menghindari timbulnya ambisi tersebut, kita perlu menggali lebih dalam pehaman mengenai pentingnya mempelajari 'Kajian Kultural Komunikasi.'

Astuti, S. I. (2003), dalam jurnal nya menyebutkan beberapa  hal  yang menjadikan Kajian kultural komunikasi sangat penting untuk dipelajari. Hal-hal tersebut meliputi :

  • Kajian kultural komunikasi bertujuan mengkaji pokok persoalan dari sudut praktik kebudayaan dan hubunganya dengan kekuasaan. Sehingga kita dapat mengkritisi hubungan kekuasaan dan mengkaji bagaimana hubungan tersebut mempengaruhi dan membentuk praktik kebudayaan.
  • Kajian kultural komunikasi tidak semata-mata hanya mempelajari budaya saja. Tujuanya adalah memahami budaya dalam segala bentuk kompleksnya serta menganalisis konteks sosial dan politik tempat budaya membentuk dirinya.
  • Kajian kultural komunikasi berupaya membongkar dan mendamaikan pengotakan pengetahuan. Mengatasi perpecahan dari bentuk pengetahuan atau nilai yang tidak tersirat (yaitu pengetahuan intuitif berdasarkan budaya lokal) dan yang objektif (universal). Kajian kultural komunikasi mengasumsikan suatu identitas bersama dan kepentingan bersama.
  • Kajian kultural komunikasi melibatkan dirinya dengan evaluasi moral masyarakat modern.

Dengan memahami pentingnya pembelajaran ini, kita akan mampu berfikir lebih dalam bahwa ambisi untuk menyetarakan 7.4 miliar manusia di dunia mustahil untuk dilahkukan jika dilihat menggunakan kaca mata kajian kultural komunikasi. Ambisi ini jusrtu berpeluang besar menghasilkan perpecahan antar manusia dengan pola pikir yang berbeda. Maka dari itu, wawasan yang cukup mengenai kajian kultural komunikasi membuat kita terhindar dari ambisi-ambisi yang dapat memusnahkan perbedaan yang ada diantara miliaran umat manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun