Seharusnya sang isteri tak harus membawa suaminya pulang disaat pertandingan masih berlangsung, harusnya isteri cukup menonton dan mengawasi kegiatan sang suami, itupun jika isteri tidak percaya kepada suaminya.
Ini bukan membuktikan rasa kasih sayangnya, tetapi sudah pada taraf mempermalukan dan membuat citra suami buruk, bisa-bisanya di lain waktu, sang suami tak akan diikutkan oleh teman-temannya dalam kegiatan apapun, termasuk kegiatan bermain sepakbola atau kegiatan bapak-bapak di lingkungan kompleksnya, contohnya kegiatan Agustusan, kegiatan gotong-royong, kegiatan kerohanian, ataupun kegiatan lain yang bermanfaat untuk membangun kebersamaan dan kekompakan antar warga.
Aksi isteri tersebut akan memperburuk citra suami dilingkungan sekitar, suami akan dicap 'Suami Takut Isteri', atau 'Suami Dibawah Ketiak Isteri', ataupun julukan lain yang sifatnya negatif.
Padahal bakat itu harus disalurkan dan dimanfaatkan untuk membangun personal branding atau kualitas, pengalaman, dan jati diri apa yang ingin ditonjolkan diri.
Contohnya, ketika saya memiliki hobi menyanyi, namun bakat saya di bidang menyanyi hanya biasa saja, menyanyi hanyalah sekedar hobi yang disalurkan. Namun ada lomba vocal grup di gereja dan saya diminta oleh teman-teman untuk ikut bergabung, walau mereka tau suara saya tidaklah bagus-bagus amat, namun teman bapak-bapak ini tetap memasukkan nama saya jadi peserta vocal grup.
Saya terima dan saya konsultasikan dengan isteri dan isteri mendukung, maka jadilah saya peserta vocal grup. Latihan diadakan malam hari dari pukul 7 malam sampai pukul 9 malam, dan ketika pulang, isteri dengan setia menunggu kepulangan dari latihan vocal grup.
Nah, jadi isteri itu harusnya mendukung hobi dan bahkan jika memungkinkan pasangan itu mencari kesamaan hobi yang dapat disalurkan bersama-sama, bukan malah suami harus meminta restu isteri terkait hobi yang dijalani suami, karena isteri adalah teman hidup, bukan boss suami...
