Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Kurniawan Dwi Yulianto, The Next Shin Tae-yong

19 Januari 2022   10:51 Diperbarui: 20 Januari 2022   09:45 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PSSI vs Shin Tae-yong.kompas.com

Sangat aneh rasanya ketika generasi emas peraih gelar Piala AFF U-23 tahun 2019 lalu tidak masuk list timnas yang bermain di Piala AFF 2020. Seperti kata teman saya, "Apa Dosa Mereka Hingga tidak dipanggil Shin mengenakan seragam kebesaran Timnas Merah Putih di Piala AFF 2020 (2021) lalu?".

Andaikan mereka yang mengisi mayoritas timnas kita kemarin, mungkin hasilnya lain, kita tidak kalah setelak 2-6 dari Thailand. Tapi akh sudahlah, nasi sudah jadi bubur, mana bisa dikembalikan lagi jadi nasi bukan?

Kurniawan Dwi Yulianto Pengganti Shin?

Kini semuanya saling menyalahkan, saling lempar tanggung jawab. Ketika PSSI diminta pertanggungjawabannya, mereka mengkambing hitamkan Shin, buktinya dikabarkan terjadi deadlock alias kebuntuan pembicaraan dalam rapat evaluasi yang berlangsung pada Kamis, 13 Januari 2022 lalu antara Ketua Umum PSSI, Iwan Bule dengan pelatih kepala Shin Tae-yong.

Namun, intinya gambaran komunikasi yang berlangsung antara Mochamad Irawan dengan Shin berlangsung tidak baik-baik saja, dirumorkan oleh anggota Komite Eksekutif PSSI Haruna Soemitro dalam sebuah siniar di saluran Youtube, JPNN.COM.

Dikabarkan juru taktik asal Korea itu tersinggung ketika dikritik dan diberikan masukan oleh petinggi PSSI, padahal bekerja dalam tekanan adalah sebuah pekerjaan beresiko pelatih sepak bola dan kritik hingga pemecatan tanpa pesangon bisa akibat buruk dari resiko dari wan prestasi yang dihasilkan oleh pelatih, bahkan pelatih sekaliber Mourinho juga pernah merasakan kritikan hingga pemecatan.

Di sisi lain, induk sepakbola kita PSSI seharusnya tampil menjadi pembina bukan membinasakan. Jauhkan PSSI dari politisasi dan kepentingan pribadi. Isi managemen dengan pejuang bola, paham dan ambisi merengkuh juara. Bukan mencari popularitas pribadi serta akses kekuasaan. Apalagi mencari kekayaan.

Kali terakhir Indonesia merajai Asia Tenggara saat merebut medali emas Sea Games 1987 dan 1991 dibawah kepemimpinan Kardono. Kala meletakkan jabatan tahun 1991 dia berucap tidak akan bisa lepas dari sepakbola. Ini menunjukkan totalitas beliau.

Sifat khas Kardono yang membekas pada pemain adalah kebapakan. Dekat dengan pemain (ngemong). Dibawah kepemimpinan Kardono tidak ada kontroversi liga, apalagi pengaturan skor. Semua masukan baik dari pers dan stakeholder sepak bola ditampung.

Sepakbola Indonesia membutuhkan hati dan jiwa yang merawat. Totalitas pemikiran demikian waktu. Jauh dari sosok kontrovesial yang multi profesi serta interest. Di panggung sepakbola modern maratabat bangsa turut dipertaruhkan. Jangan sampai tergadai oleh orang-orang tak berjiwa patriotis. Beri tempat bagi negarawan bola sejati.

Ketika Shin Tae-yong yang durasi melatihnya hanya diberi waktu empat tahun, artinya dikontrak hingga habis di tahun 2023 nanti. Satu peluang emas mendapatkan gelar Piala AFF 2020 untuk pertamakalinya gagal sudah. Artinya setelah dia misalnya tidak diperpanjang kontraknya karena gagal mempersembahkan gelar hingga tahun 2023 nanti, siapakah yang cocok pengganti Shin Tae-yong?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun