Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Bijak Mengelola Keuangan Keluarga, Cara Kami Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan

19 Juli 2019   09:02 Diperbarui: 19 Juli 2019   09:05 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menabung dan Menginvestasikan Keuangan, Cara Bijak Mengelola Keuangan Ala Kami. sumber gambar:www.tribunnews.com

Tidak dapat dipungkiri sangat beragam cara dan trik dalam mengelola keuangan sebagai fondasi awal dan kuat dalam membangun diri maupun keluarga, plus melangkah ke masa depan. Tanpa perencanaan keuangan yang baik dan benar, maka dipastikan kehidupan tidak akan berjalan dengan baik, karena disamping untuk memenuhi kebutuhan hidup, perencanaan keuangan yang tepat juga akan memberikan beribu manfaat sekarang maupun untuk masa depan.

Sebab, tanpa perencanaan keuangan yang tepat, hidup berfoya-foya, tidak bisa membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan, punya uang tidak merencanakan kemana uang tersebut digunakan? Menghabiskan uang dalam waktu sekejap? Maka akan menjadi alamat sangat buruk di kemudian hari.

Manusia dihadapkan pada berbagai kebutuhan hidup, ada kebutuhan akan sandang, pangan dan papan yang merupakan kebutuhan primer. Lalu ada kebutuhan akan kasih sayang, rasa aman, serta perhatian untuk menumbuhkan harga diri (self esteem), dan kebutuhan untuk mewujudkan atau mengaktualisasikan diri dan kemampuan diri (self-adequacy), merupakan kebutuhan yang paling tinggi tingkatannya menurut Abraham Maslow.

Maka untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup kita, baik itu primer, sekunder, maupun tertier tidak jauh dari pemanfaatan dana atau uang yang ada di tangan kita. Untuk mengelola keuangan tersebut, sangat dibutuhkan pemikiran jernih, logika berpikir yang baik. Pertama harus kita buatkan terlebih dahulu skala prioritas pengeluaran keuangan kita, sehingga kita bisa mengontrol dan tidak kebablasan saat membelanjakan uang.

Dalam mengelola keuangan, saya terinspirasi dari pengalaman hidup orangtua saya, kisah atau cerita orang sukses berkat kerja keras, sederhana, menabung walau sedikit demi sedikit, cara berinvestasi dari orang-orang sukses. Juga cerita dari orang tidak sukses alias gagal karena salah dalam mengelola keuangan, juga menjadi pelajaran buat diri saya agar tidak salah dalam mengelola keuangan. Plus nasehat orangtua agar menabung dan berinvestasi serta mengasah kemampuan agar memiliki pekerjaan sampingan menjadi garam maupun pelajaran berharga untuk diterapkan dalam mengelola keuangan.

Ada juga sebuah cerita atau perumpamaan tentang anak berfoya-foya -- Parable of the Prodigal Son -- diceritakan bagaimana seorang anak sulung dalam sebuah keluarga kaya raya tiba-tiba datang menghadap dan menuntut agar harta ayahnya dibagi rata, padahal sang ayah masih sehat dan kuat. 

Atas desakan tersebut, akhirnya sang ayah membagi rata harta kekayaannya kepada kedua anaknya. Setelah mendapatkan hartanya, si anak sulung pergi berkelana dan menghabiskan harta warisan orangtuanya di negeri lain.

Tanpa berpikir panjang, si anak berfoya-foya, menggunakan seluruh hartanya untuk melampiaskan hawa nafsunya, hingga tidak terasa seluruh kekayaannya terkuras habis dan hidup mulai susah. Kelaparan parah terjadi di negeri itu dan si anak-pun jatuh miskin. Singkat cerita, pekerjaan apapun dia kerjakan demi agar bisa menghasilkan makanan, bahkan konon makanan tidak pantaspun dia makan asalkan bisa bertahan hidup.

Hingga akhirnya si anak sadar dan kembali ke rumah ayahnya. Dan sungguh mulia sikap ayahnya, mau menerima kembali anak sulungnya yang hilang, memaafkannya, menerima anaknya apa adanya serta berpesta merayakan kepulangan anak sulungnya.

Mengelola Keuangan Sejak Dini Tumbuhkan Budaya Menabung

Dari cerita diatas dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan kebijaksanaan dalam mengelola keuangan pribadi, keluarga, maupun negara. Lantas sejak kapan kita harus pintar dalam mengelola keuangan? Menurut Permendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang Gerakan Literasi Sekolah bahwa uang, peranan dan kemampuan mengelola keuangan sejak dini sudah dicanangkan lewat pendidikan keluarga maupun sekolah.

Saya masih ingat ketika mulai SD sudah diajarkan oleh orangtua untuk menabung, minimal uang jajan dimasukkan ke tabungan terbuat dari bambu. Pun saat memasuki bulan puasa -- karena dalam ajaran agama -- ada diajarkan berpuasa dengan cara mengurangi apa yang menjadi kebiasaan kita dan hasil dari mengurangi itu di tabung untuk di sumbangkan ke gereja atau ke pantai asuhan atau kepada orang-orang miskin yang sangat membutuhkannya.

Contohnya seperti ini, ketika akan memasak nasi pagi hari biasanya takaran untuk makan pagi 4 muk, maka selama puasa di kurangi menjadi 3 muk, 1 muk itu di tabung dengan memasukkan ke kotak aksi puasa yang telah disediakan. Contoh lagi, buat perokok, biasanya kalau merokok 1 hari bisa habis satu bungkus, maka selama puasa, kalau bisa menjadi setengah bungkus atau tidak merokok sama sekali, uang untuk membeli rokok bisa di tabung.

Nah, alangkah baiknya kalau itu menjadi kebiasaan, sehingga hidup sederhana, mengutamakan kebutuhan dalam berbelanja, lama-lama terbangun sikap yang menjaga kebijakan makroprudensial, dimana terjalin prinsip kehati-hatian pada sistem keuangan guna menjaga keseimbangan antara tujuan makroekonomi dan mikroekonomi.

Pemerintah juga belajar dari tata cara kelola keluarga yang mengutamakan menabung dan berinvestasi. Pemerintahan sekarang kita lihat terus mengembangkan kerangka kebijakan makroprudensial yang sejalan dengan standar dan praktik-praktik terbaik di tataran internasional. Kebijakan makroprudensial itu sendiri didefinisikan sebagai kebijakan bertujuan untuk membatasi risiko dan biaya dari krisis sistematik (Galati G., and Richhild M., 2011).

Secara sederhana, kebijakan makroprudensial belajar dari prinsip keluarga Indonesia, dimana prinsip kehati-hatian dalam menggelontorkan uang untuk menjaga stabilitas keuangan sehingga memberikan dampak positif bagi perkembangan keluarga.

Peran saya dalam menjaga stabilitas keuangan keluarga, diantaranya membuat prioritas dari pemanfaatan keuangan keluarga. Bersama isteri, kami setiap bulan itu memprediksi apa saja kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Membuat daftar barang elektronik apa yang akan dipenuhi terlebih dahulu. Membuat list harga dan memperkirakan pembelian barang tersebut, apakah cash atau kredit? Jikapun harus kredit, berapa bulan dengan bunga berapa persen?

Kedua, memenuhi kebutuhan keluarga, belanja bulanan, belanja kebutuhan sekolah anak-anak, uang sekolah anak-anak secara rutin harus diperhitungkan. Lalu membagi gaji untuk kebutuhan tersebut.

Hal terpenting adalah menabung, karena dengan menabung, maka kita punya cadangan kas yang cukup untuk kebutuhan mendadak yang kita tidak bisa prediksi kapan akan terjadi. Minimal menabung lima ratus ribu rupiah, tergantung pendapatan dari lain-lain maka dipastikan tabungan akan terisi untuk hari esok.

Lalu investasi, dengan membeli investasi, baik itu berupa harta tak bergerak atau harta bergerak, maka kita mampu menjaga stabilitas keuangan keluarga dengan baik. Itulah cara saya dalam menjaga stabilitas keuangan keluarga. Sekian!

Sumber:

[1]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun