Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Keluarga Pondasi Awal Bangun Budaya Literasi, Tumbuhkan Insan Pembelajar Indonesia Emas 2045

6 Juli 2019   10:55 Diperbarui: 6 Juli 2019   11:19 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Budaya Literasi Akan Lebih Mudah Mengakar Jika Sejak Dini Keluarga Juga Berperan Membudayakan Enam Literasi Dasar, Apa Saja? Simak Artikelnya. sumber:sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id

Mengapa hal tersebut terjadi? Disinyalir alasan karena minat baca yang rendah menjadi salah satu penyebab cepatnya menyebar berita bohong ditengah-tengah masyarakat kita. Mereka yang tidak membudayakan membaca dan mudah bereaksi tanpa mempertimbangkan sesuatu adalah cerminan masyarakat yang belum memiliki literasi informasi dengan baik.

Alasan ini diperkuat oleh fakta dari data UNESCO yang menyatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 yang rajin membaca.

Untuk menjadi insan dengan literasi informasi yang baik, perlu pembiasaan membaca. Jika membiasakan diri untuk membaca sudah tertanam, tahap selanjutnya adalah terbentuknya karakter gemar baca, hingga akhirnya memiliki budaya baca yang baik.

Semuanya itu akan tercipta dari keluarga, oleh karena itu diharapkan keluarga menjadi pondasi kuat terciptanya budaya dan karakter gemar membaca bagi anak-anak menuju generasi emas 2045.

Bagaimana caranya? Ada beberapa tips dan trik dapat diterapkan dirumah dalam upaya mewujudkan budaya literasi dalam keluarga dalam mendukung upaya menumbuhkan insan pembelajar, diantaranya:

Satukan Persepsi Dalam Mendidik Anak. Zaman telah berubah, pola pengasuhan pun harus bisa mengikuti perubahan yang terjadi. Persepsi adalah cara pandang kita terhadap suatu hal. Persepsi terbentuk karena pengalaman hidup yang mengkristal menjadi pemikiran-pemikiran. Dan pemikiran ini akhirnya tersimpan dalam pikiran bahwah sadar kita menjadi semacam sistem operasi yang menggerakkan tindakan kita.

Jika persepsi orangtua untuk mendidik anak sudah tercapai dalam keluarga, maka langkah selanjutnya adalah bertindak dengan memberikan contoh yang baik dalam mendidik. Dimulai dari pembiasaan hal-hal baik, pendidikan karakter, menerapkan disiplin, terutama dalam hal belajar dan pemanfaatan gawai. Ajaklah anak-anak untuk bermain di luar rumah, dan batasi anak dalam bermain game dengan gawai.

Awasi mereka saat bermain game dengan gawai, karena game juga memiliki muatan positif, seperti meningkatkan kemampuan berbahasa asing, mengurangi stres, sarana hiburan, juga sarana belajar yang menyenangkan. Disamping itu, efek negatifnya juga tidak boleh kita abaikan, karena game mampu mengakibatkan anak lupa waktu, memunculkan perilaku negatif, seperti kecanduan, asyik dengan dirinya sendiri, tidak peduli akan lingkungan sekitar, dan susah tidur.

Kita harus sadar, tidak bisa mengkungkung anak dengan melarang mereka menggunakan teknologi, tetapi ajaklah mereka agar literat saat menggunakan teknologi, memanfaatkan teknologi untuk hal-hal positif, karena kita hidup di era teknologi, bukan di era sebelum teknologi berkembang dengan pesatnya.

"Didiklah anakmu sesuai zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu.", begitulah nasehat Hendra Sudjana, Kasubdit Kemitraan Ditbindikkel.

Bangun Budaya Literasi Sesuai Usia Anak. Setiap orangtua punya cara dan pola asuh anak yang berbada-beda. Perbedaan ini muncul karena masing-masing orangtua membawa budaya dan perilaku masing-masing, disamping itu setiap anak juga punya sifat dan karakter yang berbeda, untuk itulah setiap orangtua punya cara dan pola asuh anak yang berbeda disesuaikan dengan situasi dan kondisi, serta keunikan anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun