Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Jangan Cederai Arti Demokrasi Demi Nafsu Berkuasa

25 April 2019   12:19 Diperbarui: 25 April 2019   12:44 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demokrasi Dalam Wujud Pemilu Mencari Yang Terbaik Dalam Memimpin. sumber: detik.com

Sungguh geli bercampur sedih dengan apa yang telah dipertontonkan oleh paslon 02 dan pendukungnya untuk menyalurkan hasrat keberkekuasaan mereka di negeri ini. Diawali dengan psywar dan segala tuduhan-tuduhan palsu, segala kebohongan, segala fitnah keji terhadap lawan politiknya, hingga berita-berita hoaks yang sangat mengganggu tidak henti-hentinya dilontarkan oleh paslon 02 ini untuk mengganggu konsentrasi dan kepercayaan publik akan keberadaan dan kinerja pasangan paslon 01.

Memang, secara matematika semua berita kebohongan itu tidak otomatis membuat kepercayaan publik berkurang, tetapi setidaknya apa yang diperbuat oleh paslon 02 sungguh sangat mampu menggoyah rakyat yang memang terhimpit oleh masalah ekonomi, pun pejabat-pejabat publik yang sebelum beliau jadi orang nomor satu di negeri ini sangat nyaman untuk berbuat penyimpangan seperti korupsi, kolusi, nepotisme, hingga sogok-menyogok, jual-beli jabatan, hingga yang namanya pungli bebas berkeliaran.

Sebelum ada Revolusi Mental serta mewujudkan Nawa Cita sebagai program andalan pak Jokowi -- JK saat dilantik jadi Presiden dan Wakil Presiden medio Oktober 2014, di saat itu pungli dan korupsi merajalela. KPK sebagai lembaga negara anti rasuah, sangat merasa kewalahan dalam menjalankan tugasnya untuk memberantas korupsi. Banyak kasus proyek mangkrak karena uangnya habis dikorupsi di era sebelum Jokowi -- JK, bahkan kasus teranyar adalah skandal bank century diakhir pemerintahan SBY menjadi misteri hingga sekarang.

Nah setelah 4,5 tahun atau tepatnya hampir satu periode pemerintahan Jokowi -- JK, rasanya tidak perlu lagi kutuliskan apa keberhasilan-keberhasilan yang diperbuat oleh pak Jokowi dan pasangannya, serta kabinet kerja bentukan beliau. Karena bakalan tidak cukup waktu untuk menerangkannya, hanya kita nikmatilah buah dari pembangunan infrastruktur dan kemudahan-kemudahan dari kebijakan pemerintahan beliau.

Tidak dapat kita pungkiri dan tidak dapat kita tutup mata atas semua kerja keras mereka, sehingga benar-benar hasilnya luar biasa. Tingkat kepuasan masyarakat Indonesia atas keberhasilan mereka dapat kita lihat dari hasil Pemilu 2019 ini. Ya, walau di bawah tekanan dari paslon 02 yang tidak habis-habisnya menyemburkan segala bentuk hoaks dan berita-berita tidak benar, akhirnya Pemilu 2019 sukses digelar dengan aman dan terkendali.

Dan sesuai dengan prediksi banyak pihak, termasuk saya sendiri, ternyata hasil quick count membuktikan bahwa rakyat Indonesia masih realistis dan optimistis dalam memilih Presiden dan Wakil Presiden serta Wakil Rakyat yang akan duduk di kursi Legislatif.

Dari pantauan hasil hitung cepat dengan menggunakan metode Random Sampling atau Systematic Sampling, atau Cluster Sampling, atau Stratific Sampling oleh lembaga-lembaga survey kredibel dan berbadan hukum, semuanya kompak memenangkan pasangan 01 di sekitaran angka 54,60% berbanding 44,40% untuk pasangan 02. Dengan selisih angka kurang lebih 10% ini membuktikan bahwa ternyata paslon 01 masih dipercaya rakyat Indonesia walau telah mendapat hantaman badai kritikan dan hoaks yang tak terkira.

Demokrasi sejatinya memberikan pembelajaran kepada kita bahwa setiap pasangan yang maju, harus berani menerima resiko paling terberat. Harus siap menerima kekalahan dan harus siap menerima kemenangan. Tetapi, sepertinya di Pemilu 2019 ini sungguh demokrasi itu tidak terjadi. Etika untuk menerima kekalahan tidak terjadi.

Ada paslon yang tidak mau menerima kekalahan dan memaksakan diri untuk menang, apapun caranya. Ya apapun caranya:

Pertama, mengumumkan kemenangan walau belum ada pengumuman resmi dari KPU sebagai penyelenggara tunggal Pemilu 2019 dan walau hasil rilis quick count menyatakan bahwa pemenangnya bukan paslon itu juga. Mereka tetap keuh-keuh dan menyatakan bahwa pemenangnya adalah mereka yang sangat ngebet berkuasa. Dengan mendahului KPU dan mendeklarasikan kemenangan berdasarkan hasil perhitungan dari internal mereka sendiri, mereka berharap 'keajaiban' ada dan masyarakat percaya akan hasil perhitungan mereka.

Dengan bersujud syukur, secara psikologis, mereka ingin mempengaruhi bahwa pemilu curang dengan mengandalkan sumber dari hasil quick count internal mereka. Paslon 02 dengan pedenya mengatakan "Hasil exit poll, kita menang 55,4 persen dan hitung cepat pun kita menang 52,2 persen," kata Prabowo dalam konferensi pers di Jalan Kertanegara, Jakarta, seperti dikutip Antara, Rabu (17/4/2019).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun