Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pentingnya Optimalisasi Kurikulum Pendidikan Berbasis Kebudayaan

20 Maret 2019   15:35 Diperbarui: 24 Maret 2019   08:52 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manortor, Tarian Khas Daerah Batak Toba. Saatnya Kebudayaan Kearifan Lokal Masuk Kurikulum Demi Mempertahankan Eksistensi Budaya Indonesia | detik.com

Toleransi juga ditunjukkan dengan sikap persetujuan masyarakat terhadap pertemanan dengan suku/etnis lain maupun pemeluk agama lain. Kepedulian juga tercermin dari budaya menjaga sumber daya alam, utamanya mata air.

Kearifan lokal dalam kebudayaan fisik tercermin dalam banyaknya situs/bangunan bersejarah yang tersebar di kecamatan-kecamatan di Indonesia. Situs bersejarah tersebut di antaranya adalah gedung bersejarah, pelabuhan bersejarah, stasiun bersejarah, tempat spiritual/makam/petilasan, dll. Mayoritas, situs yang ada adalah tempat spiritual.

Namun, arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh negatif terhadap perkembangan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki bangsa Indonesia. Arus globalisasi yang deras menawarkan gaya hidup yang cenderung pragmatis serta bergaya hidup konsumtif, terbukti secara perlahan-lahan telah mereduksi nilai-nilai yang diajarkan dalam kearifan lokal. 

Kurikulum Pendidikan Berbasis Kebudayaan

Untuk menangkal pengaruh negatif dari arus globalisasi yan tidak terbendung tersebut, sudah sepatutnya pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memasukkan kebudayaan dalam Kurikulum Pendidikan. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wiendu Nuryanti yang mengatakan, kebudayaan yang membangun karakter bangsa akan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan.

Selama ini, muatan kebudayaan dinilai sangat minim dalam kegiatan pendidikan. Hal ini diungkapkan Wiendu seusai bertemu Gubernur DIY, Sultan Hamengku Buwono X di Yogyakarta, Rabu (26/10/2011). Penyatuan pendidikan dan kebudayaan harus disambut baik karena kedua bidang tersebut dapat diintegrasikan.

Walau telah ada mata pelajaran Muatan Lokal, namun apa yang diharapkan dari masuknya kebudayaan dalam pendidikan belum mampu mendongkrak nilai-nilai budaya diserap oleh generasi muda kita. Contoh nyata dalam pembelajaran muatan lokal di kelas bukanlah membahas tentang kebudayaan-kebudayaan yang menjadi ciri khas di daerah masing-masing, tetapi aplikasinya sangat jauh dari yang diharapkan.

Untuk itu, diperlukan ketegasan dan sinergi antara pemerintah pusat dengan daerah untuk menerbitkan buku muatan lokal dari daerah masing-masing, maupun untuk mengajarkan bahasa daerah, tarian daerah, maupun kearifan-kearifan lokal yang perlu diajarkan, seperti sejarah terjadinya Danau Toba dengan kajian ilmiahnya, teknologi lokal, seperti bagaimana menenun, membuat ulos, masakan tradisional, obat-obatan tradisional, pakaian atau busana nasional, hingga nilai-nilai lokal dalam perspektif global.

Adalah tugas kita bersama, baik itu sebagai orangtua maupun sebagai pendidik untuk mengajarkan kembali budaya-budaya berbasis kearifan lokal dalam mewariskan nilai-nilai budaya bangsa kepada generasi penerus sehingga budaya kita tidak luntur apalagi hilang.

Dengan fokus menjaga dan mengarahkan generasi sekarang untuk belajar mencintai budaya lokal dengan mata pelajaran muatan lokal, kita mampu mengeksplor potensi daerah, ciri khas daerah serta keunggulan daerah kita sehingga benar-benar mampu tumbuh menjadi ciri khas dan sumber keunggulan daerah yang dikenal luas.

Sehingga pendidikan benar-benar mampu menopang dan memajukan budaya Indonesia menjadi budaya yang dicintai oleh generasi muda sehingga bisa dikembangkan menjadi ciri khas Indonesia menuju Indonesia Maju yang bermartabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun