Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Pak Jokowi Jadi Bagian Keluarga Batak

30 November 2017   23:15 Diperbarui: 30 November 2017   23:20 1400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi memamerkan keahliannya manortor Batak Mandailing dengan belajar dari youtube. sumber: www.nasional.kompas.com

Nah, ada selalu cara atau trik Pak Jokowi untuk mengskak-mat-kan sekelompok atau segelintir orang yang selalu menilai negatif atau selalu nyinyir atas kinerja dan prestasi beliau, maupun akan masalah sosial tanah air yang muncul kepermukaan. Sebut saja tentang "papa minta saham", yang dibuktikan Pak Jokowi dengan elegan dan bukan dengan kata-kata mampu membuat seorang pernyataan SN yang seakan-akan Pak Jokowi sangat dekat dengan beliau sehingga bisa diajak cincai-cincai, salah total!

Pun dengan suara-suara sumbang yang tega menuduh Pak Jokowi dengan PKI, dia balas dengan senyuman dan bukti konkrit jika beliau tidak pernah bersentuhan dengan PKI, bahkan dengan tegasnya beliau menantang, "Apabila menemukan PKI, saat itu juga hajar sampai mampus!". Dengan aksi nyatanya, tanggal 30 September 2017, Pak Jokowi dengan gentlemennya datang untuk nobar (nonton bareng) bersama Panglima TNI yang menyerukan agar pemutaran film G30S/PKI digalakkan kembali bersama masyarakat untuk menghidupkan kembali rasa nasionalisme, sehingga isu PKI kembali meredam.

Jangan Malu Mengakui Identitas Diri

Pun, ketika akhir-akhir ini suku Batak dihebohkan dengan aksi segelintir orang yang mengaku "bukan Batak", baik itu "Mandailing bukan Batak" atau "Karo bukan Batak" dan menimbulkan perdebatan di media sosial. Padahal dari sejarah, leluhur kita sudah bersusah payah untuk menyatukan wilayah-wilayah di Pulau Sumatera, khususnya Sumatera Utara untuk bersatu dan mendirikan "Jong Batak" yang diutus dan diakui keberadaannya saat mencetuskan "Sumpah Pemuda", yang kita peringati setiap tanggal 28 Oktober.

Sekali lagi Pak Jokowi mengingatkan generasi muda untuk lebih mementingkan persatuan dan kesatuan serta menghargai budaya dengan cara yang sangat menohok! Beliau dengan lantangnya mengakui bermarga Siregar yang otomatis dia dapatkan setelah Kahiyang Ayu resmi menjadi isteri dari Bobby Nasution.

Lantas kenapa Pak Jokowi bermarga Siregar? Dalam adat Batak, apabila pengantin pria mempersunting gadis bukan bermarga Batak, maka otomatis sang pengantin wanita ditabalkan dan disyahkan secara adat untuk mengikuti marga Ibunya, sehingga pengantin pria mempersunting paribannya (sepupu), sehingga otomatis Pak Jokowi bermarga Siregar sehingga pengantin pria mempersunting gadis boru ni tulang (anak gadisnya kakak kandung ibu dari pengantin pria).

"holong do maroban domu, domu maroban parsaulian", kasih sayang membawa persatuan, persatuan membawa kebaikan bersama," Kata Jokowi dengan lancar dalam bahasa Mandailing saat memberikan nasehat kepada putri tercintanya dan kepada menantunya, juga tentunya kepada seluruh masyarakat Indonesia agar mencinta budaya dan jangan mau terpancing untuk melakukan hal-hal yang tidak terpuji serta melawan apa yang sudah dipersatukan oleh para pendahulu kita.

Perpaduan antara dua budaya besar, Jawa dan Batak dalam pernikahan putri sulung Pak Jokowi dengan Bobby Nasution harus menjadi sinyal bahwa kita semua harus saling melestarikan budaya-budaya Nusantara yang tiada duanya. Pun dengan pemerataan pembangunan disetiap daerah yang menjadi prioritas utama Pak Jokowi harus kita dukung sepenuhnya, sehingga roda pergerakan ekonomi pelan tapi pasti akan berkembang dengan adanya infrastruktur yang ada.

Sekali lagi, Pak Jokowi mampu membungkam para haters maupun kaum sinis yang ingin membuat gaduh dengan perayaan "ngunduh mantu" yang sukses dengan perpaduan adat istiadat yang besar, sebesar harapan Pak Jokowi akan tuntasnya pembangunan yang dia lanjutkan dengan mengandalkan modal seadanya.

"Amang pargocci nami na malo, baen hamu ma jo gondang na rade tu son. Horas tondi madingin pir tondi matogu, mauliate", yang artinya, Bapak yang memainkan musik, buatlah musik yang sesuai dengan keadaan ini. Semoga semua jiwa kuat, semakin sejahtera dan semakin kuat dan teguh. Horas! Sebagai ajakan agar kita bersatu untuk membangun Indonesia. Ingat konsep beliau, membangun dari Desa (Daerah) untuk pemerataan, rasa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Semoga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun