Mohon tunggu...
agus mada
agus mada Mohon Tunggu... Seniman - Indonesia

Senandung Rindu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kehidupan Itu Berproses

3 Desember 2018   15:49 Diperbarui: 3 Desember 2018   15:50 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pintamu yang tak kunjung aku penuhi, seperti janji-janji yang sudah terlewati dan banyak mengecewakanmu. Aku terkadang egois saat apa yang kau larang aku tak peduli hingga setiap kali ada permasalahan selalu berbuah pertengkaran, penyesalan berulang kali muncul namun kita tidak pernah menemui titik temu. 

Titik dimana kita sama-sama mengerti keinginan kita, mengerti gaya hidup kita bagaimana, selama itu tidak merugikan orang lain atau terkesan masih wajar kenapa harus saling larang, Contohnya saat kita akan bepergian aku ingin selalu mengenakan celana pendek dengan memakai sepatu yang kaos kakinya aku tinggikan, itu sangat begitu aneh untukmu bahkan jawabmu tidak usah jadi pergi, aku tidak berharap kebebasan yang berlebih tapi apa harus memaksakan apa yang tak kau kehendaki padaku? 

Bertahun menjalani tak banyak yang berubah, masalah demi masalah setiap harinya selalu ada, bagi lelaki yang kurang materi seperti ku memanglah sangat berat diterima oleh pasangan, pasangan mana yang senang dengan kemlaratan. Aku tidak masalah kehidupan semiskin apa pun karena aku bisa gembira dalam situasi tidak punya sekalipun tapi faktanya memang aku harus bermateri mencukupi kebutuhan istri dan anakku, mereka harus bahagia. 

Sudah banyak tangis dan air mata mencampuri bahtera rumah tangga, kehidupan harus berjalan dan nasib harus dirubah. Sadar membangun dan merawat rumah lebih susah dari pada merusaknya, aku harus bertahan sampai kita sama-sama menemui titik kedewasaan yang sempurna disisa usia kita. 

Karena kita masih muda, kita habiskan jatah pertengkaran dimasa ini, sembari menikmati segala suka duka perjalanan kita. Suka duka atau hanya duka dan duka kita tak boleh terberai, bersama anak kita dalam keadaan apapun hingga kebahagiaan yang benar-benar itu hadir tanpa kekurangan suatu apapun, karena mustahil mencintai tanpa ada tangis dan kecewa disana namun yakin kita bisa melewatinya. Kita selamanya dengan segala keegoisan kita dan kelebihan kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun