Pintamu yang tak kunjung aku penuhi, seperti janji-janji yang sudah terlewati dan banyak mengecewakanmu. Aku terkadang egois saat apa yang kau larang aku tak peduli hingga setiap kali ada permasalahan selalu berbuah pertengkaran, penyesalan berulang kali muncul namun kita tidak pernah menemui titik temu.Â
Titik dimana kita sama-sama mengerti keinginan kita, mengerti gaya hidup kita bagaimana, selama itu tidak merugikan orang lain atau terkesan masih wajar kenapa harus saling larang, Contohnya saat kita akan bepergian aku ingin selalu mengenakan celana pendek dengan memakai sepatu yang kaos kakinya aku tinggikan, itu sangat begitu aneh untukmu bahkan jawabmu tidak usah jadi pergi, aku tidak berharap kebebasan yang berlebih tapi apa harus memaksakan apa yang tak kau kehendaki padaku?Â
Bertahun menjalani tak banyak yang berubah, masalah demi masalah setiap harinya selalu ada, bagi lelaki yang kurang materi seperti ku memanglah sangat berat diterima oleh pasangan, pasangan mana yang senang dengan kemlaratan. Aku tidak masalah kehidupan semiskin apa pun karena aku bisa gembira dalam situasi tidak punya sekalipun tapi faktanya memang aku harus bermateri mencukupi kebutuhan istri dan anakku, mereka harus bahagia.Â
Sudah banyak tangis dan air mata mencampuri bahtera rumah tangga, kehidupan harus berjalan dan nasib harus dirubah. Sadar membangun dan merawat rumah lebih susah dari pada merusaknya, aku harus bertahan sampai kita sama-sama menemui titik kedewasaan yang sempurna disisa usia kita.Â
Karena kita masih muda, kita habiskan jatah pertengkaran dimasa ini, sembari menikmati segala suka duka perjalanan kita. Suka duka atau hanya duka dan duka kita tak boleh terberai, bersama anak kita dalam keadaan apapun hingga kebahagiaan yang benar-benar itu hadir tanpa kekurangan suatu apapun, karena mustahil mencintai tanpa ada tangis dan kecewa disana namun yakin kita bisa melewatinya. Kita selamanya dengan segala keegoisan kita dan kelebihan kita.