Mohon tunggu...
agus mada
agus mada Mohon Tunggu... Seniman - Indonesia

Senandung Rindu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ngutang

19 September 2018   11:17 Diperbarui: 19 September 2018   11:26 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dua hari sudah terlewat dari jatuh tempo yang seharusnya, kopi di meja sudah mendingin belum sempat aku minum, pikiranku ngelayap kemana-mana siapa lagi yang hendak aku sambangi untuk ku ketuk pintu hatinya agar berbaik hati meminjamkan sedikit rejekinya. Kontrakan belum di bayar sudah terlewat dua hari, kode keras dari ibu kontrakan seperti teror menyerang nafsu makan ku yang mendadak hilang, bagaimana tidak, entah sudah berapa kali sliwar-sliwer seperti pedagang roti di depan kontrakan. Memang hanya nunggak dua hari tapi rasanya seperti bertahun-tahun di penjara dalam kecemasan yang isinya diskriminasi,seratus persen memang aku yang bersalah namun tidak kah aku punya hak meminta remisi untuk melunasi? Keadaan keuangan lagi kacau, bukan karena dollar yang naik terhadap rupiah namun memang uang yang ku sisihkan buat membayar telah habis terpakai untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, setali tiga uang masalah ini belum ada jalan keluar datang lagi masalah baru. Bukan masalah sebenarnya hanya saja dalam posisi sekarang adalah menjadi masalah yaitu tiba-tiba ada undangan pernikahan dari teman tidak tanggung-tanggung langsung tiga yang datang, ya masak tidak datang dan kalau mau kondangan apa iya hanya orangnya yang datang tanpa memberi sumbangan. Hmm. . . bagaimana ini? Kepala seperti baru saja berlari mengitari tiang seratus kali, mau pingsan rasanya dan pada saat terbangun masalah sudah selesai, tapi tidak mungkin sekali.

Keesokan harinya aku mencoba mencari peruntungan, siapa tau doaku semalam dikabulkan Tuhan. Di kantor aku mencoba usaha melobi-lobi teman untuk aku pinjam uangnya paling tidak cukup untuk bayar kontrakan dan kondangan seperti yang aku adukan pada Tuhan, untuk urusan makan aku tidak kwatir masih bisa ngutang lagi di warung. Benar saja doaku terkabul dari enam orang yang aku rayu dengan tanpa akting wajah memelas dan kasihan ini tiga orang diantaranya mau membantu, lega lah hati ku dari kejaran kenyataan yang tak mungkin aku hindari, di tekan kehidupan aku takkan surut saat itu aku merasa sangat menderita tapi saat itu pula aku harus berani berjuang, merobohkan tembok putus asa meski akhirnya nanti juga pusing lagi menutup satu persatu lubang yang sudah aku gali, tak mengapa lah yang penting aku tidur nyenyak malam ini dan bisa gagah datang kondangan minggu depan. Sore hari semangat aku pulang kerja, bahagia rasanya seperti ingin jumpa pacar pertama hati berbunga-bunga padahal hanya bertemu ibu kontrakan untuk setor bulanan agar aku tak di depak dan disuruh pindah karena sudah nunggak. Malamnya aku lunasi semua pembayaran dengan permohonan maaf ku yang seperti sudah tidak apel beberapa hari kerumah pacar, ibu kontrakan menerima maaf ku sambil tersenyum lebar, aku pamit pulang usai sudah kemelut dikpalaku, malam ini tidur pulas dan sudah tak sabar hadir di pernikahan teman, em tak boleh sombong, dari hasil ngutang. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun