Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kelahiran Buah Cinta: Sebuah Proses Perjuangan Menjaga Kelestarian Gen

4 Februari 2023   09:09 Diperbarui: 1 Maret 2023   21:25 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, kegalauan melanda. Setahun setelah menikah, belum ada tanda-tanda istri hamil. Ada apa ini? Apa ada yang salah dari kesehatan kami berdua? Sedangkan pertanyaan, "kapan punya momongan?", terus datang bertubi-tubi. Layaknya interogasi kubur: menakutkan.

Istri saya sampai stres menghadapi pertanyaan tersebut. Kami berdua tidak program KB. Seharusnya tidak ada hambatan untuk segera punya momongan. Seharusnya begitu. Namun kenyataannya tidak begitu. Teori dan praktik tidak selamanya linier. Sampai pada keinginan untuk konsultasi ke dokter spesialis. Dari sinilah, sebagai laki-laki, mentalku diuji. Benar-benar diuji.

Terpikir olehku. Kalau ada tindakan medis untuk melihat kesuburan; misal, terdeteksi sel sperma ekornya buntung, sehingga gerakannya melambat. Jalannya menceng. Kurang gesit. Tidak bisa membuahi sel telur. Bisa menjadi pukulan telak sebagai laki-laki. Aku grogi, pikiranku kacau.

Untungnya, itu tak berselang lama. Secercah harapan muncul. Bukan dari dokter, tapi dari teman satu kantor. Saat di kantor, temanku, yang sudah berpengalaman, memberi nasehat. Aku dibangkitkan oleh nasehatnya. Sarannya cukup sederhana. "Tidak usah panik. Sampean hanya kurang piknik, Mas. Ajak istrimu ke gunung, ke pantai atau ke mana saja asal senang. Buat hidupmu berdua  fresh biar bibitnya juga ikutan fresh"

Nasehat itu saya turuti. Saya agendakan untuk naik Gunung Ijen, jelajah pantai dan ke mana pun tempat untuk refresh. Selain itu istri selalu menyediakan kecambah untuk saya konsumsi. Porsinya banyak . Dan harus habis. Tak ada pilihan lain, aku selalu habiskan.

Sebulan kemudian. Oktober 2013. Istriku yang biasanya kalap dengan bakso, berubah muak dengan bakso. Saat melihat orang membawa mangkok bakso bergambar ayam jago, langsung pening kepalanya. Bakso dan bayang-bayang kenikmatan menyantapnya menjadi teror bagi isi perutnya. Mau muntah. Dan itu levelnya parah.

Hal itu diceritakan ke temannya."Kamu hamil! Coba nanti tes, itu ciri kehamilan muda" Temannya meyakinkan dengan sungguh-sungguh. Dirinya juga mengalami hal yang mirip, sensitif terhadap bau-bauan dapur. Ternyata dirinya hamil.

Tak mau menunggu waktu, istri dengan gesit beli alat tes untuk meyakinkan bahwa dirinya hamil. Doorprize. Dua strip garis biru. Dia histeris. "Hamil Pa, aku hamil! Selamatlah diriku. Aku masih laki-laki yang punya kegarangan meyakinkan. Daya dobrak mengesankan.

Mentalku kembali naik. Jalanku kembali tegap. Aku puas! Jika dirimu pernah di posisi ini, Anda pasti merasakan apa yang saya omongkan.

Pertanyaan Teror

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun