Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dilema Indonesia: Bersekutu dengan Tiongkok atau Bergandengan dengan Amerika

20 September 2021   22:31 Diperbarui: 20 September 2021   23:43 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapal Perang TNI menghadang kapal penjaga pantai Republik Rakyat China (Gambar:CNBC Indonesia)

Pada kasus Laut Tiongkok Selatan, posisi Indonesia sangat dilematis. Ikutan barisan Amerika atau merapat ke Beijing? JIka Indonesia tetap Non-Blok maka ada banyak titik lemah yang bisa membahayakan kepentingan Indonesia sendiri. 

Boleh Netral, tapi kekuatan militer sudah harus cukup kuat dan ekonomi juga harus digdaya. Dua prasyarat tersebut belum dipunyai oleh Indonesia. Maka kepada siapakah Indonesia harus memihak?

Dari berbagai analisa, sebenarnya Tiongkok melibatkan Indonesia hanya sebagai pancingan. Tiongkok berkepentingan menjadikan Indonesia sebagai sekutu. 

Sebenarnya Tiongkok tidak berniat serius mengambil secuil Laut Natuna Utara. Resiko yang dihadapi cukup serius, berhadapan dengan pemimpin tradisional Asean. 

Indonesia adalah kekuatan besar dan rakyatnya punya jiwa militan. Tiongkok akan merasakan dampak berkepanjangan dan berkelanjutan di bidang ekonomi jika menyinggung kedaulatan Indonesia. Indonesia punya potensi besar bagi produk Tiongkok.

Tiongkok pastinya sudah menghitung apa yang akan terjadi. Jika kondisi mendidih dan Indonesia marah sampai ubun-ubun. Tiongkok akan melunak. Menawarkan sebuah kesepakatan dengan Indonesia. Perundingan bilateral dilakukan

"Tiongkok akan menarik klaim atas wilayah Natuna Utara, namun Indonesia tidak boleh ikutan mengeroyok Tiongkok. Indonesia harus diam dengan klaim LTS"

Sikap diam Indonesia sudah cukup membuat Tiongkok terhibur. Apalagi jika Indonesia mau menjalin komunikasi lebih intens dengan Beijing. Investasi Tiongkok yang besar di Indonesia adalah strategi untuk membuat Jakarta tidak terlalu bereaksi.

Langkah yang tepat dan terukur bagi Indonesia adalah tetap berkomunikasi dengan dua kekuatan raksasa tersebut. Dengan bermain cantik. Menolak kehadiran militer dan tidak memfasilitasi keberadaan Blok Amerika di wilayah kedaulatan Indonesia. Di sisi lain tetap bersikap garang jika kapal Tiongkok mancing ikan di Laut Natuna Utara--yuridiksi Indonesia.

Dari sejarah kita belajar, Amerika dan sekutunya juga pernah menggoreskan luka terhadap Indonesia. Mulai kasus PRRI, Pemberontakan Komunis, dan terbaru kasus Timor-timur.  

Amerika mencabut dukungan terhadap Jakarta. Padahal tahun 1975. Amerika yang mendorong TNI untuk masuk ke Timor-Timur. Sikap Australia bahkan lebih songong, seperti pahlawan kesiangan masuk ke Timor-Timur lewat bendera Interfet, pada 1999. Padahal 15.000 TNI masih berada di Tim-Tim waktu itu.  

Tahun 2003 saat TNI dalam kondisi lemah, Pesawat dan Kapal Induk Amerika seliweran tanpa merasa bersalah. Dan saat diingatkan bahwa mereka berada di wilayah kedaulatan Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun